ANALISIS

Menakar Calon Wasit Jasa Keuangan Indonesia

CNN Indonesia
Kamis, 08 Jun 2017 12:55 WIB
Perebutan kursi orang nomor satu di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan berakhir hari ini, setelah rampungnya uji kelayakan dan kepatutan oleh DPR.
Nurhaida menjadi satu-satunya petinggi OJK yang masih menjabat atau petahana yang berhasil mendapat rapor baik dari Pansel dan Presiden. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Sementara untuk posisi Wakil Ketua DK OJK sebagai Ketua Komite Etik tengah diperebutkan oleh Agus Santoso dan Riswinandi Idris. Agus Santoso memiliki latar belakang sebagai mantan wakil kepala Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK). Sedangkan Riswinandi Idris pernah menjabat di Bank Mandiri dan Direktur Utama PT Pegadaian (Persero).

Yanuar menilai, dari fungsi wakil ketua yang saat ini dijalankan oleh Rahmat Waluyanto, Wakil Ketua DK OJK saat ini, fungsi yang cenderung dijalankan adalah mengurus internal OJK agar lebih bisa berkembang. Sedangkan, pengambilan kebijakan lebih dijalankan oleh Muliaman. Dengan begitu, Agus lebih berpotensi didapuk menjadi wakil ketua karena memiliki kecakapan dari sisi pengaturan institusi.

"Kalau seperti itu, mungkin lebih ke Agus Santoso yang dulunya di PPATK. Karena dari sisi Panitia Seleksi (Pansel), saya melihat ada kecenderungannya lebih ke Agus. Tapi tetap tergantung bagaimana DPR melihat fungsi wakil tersebut karena profil keduanya tak jauh berbeda," tutur Yanuar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, Aviliani melihat, potensi terpilihnya wakil ketua tak hanya dilihat dari latar belakang dan kecakapannya, namun juga bagaimana sosok wakil tersebut mampu mengimbangi kemampuan dari Ketua DK OJK terpilih. Menurutnya,

"Mungkin kalau Wimboh yang terpilih, Riswinandi bisa masuk untuk mengimbangi karena berlatarbelakang pelaku industri. Tapi kalau Sigit, mungkin bisa Agus Santoso yang lebih ke birokrat. Pokoknya harus dicampur, mengimbangi," kata Aviliani.

Selain Wimboh, deretan calon DK OJK yang tak luput dari sorotan adalah Nurhaida, satu-satunya petinggi OJK yang masih menjabat atau petahana yang berhasil mendapat rapor baik dari Pansel dan Presiden. Selain mampu bertahan di bursa seleksi, Nurhaida bahkan terlihat ambisius untuk kembali menduduki kursi Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK.

Aviliani menilai, tak goyahnya sosok Nurhaida di bursa DK OJK lantaran selama ini, pengawasan atas pasar modal yang dijalankan Nurhaida, dinilainya cukup baik. Artinya, kinerja Nurhaida mampu meyakinkan Pansel dan Presiden untuk membawa tongkat estafet penjalanan fungsi OJK di periode berikutnya.

Sedangkan Yanuar melihat, kemampuan politik yang menjadi penyelamat Nurhaida, sehingga masih bisa bertarung di bursa DK OJK Periode 2017-2022. Sebab, kinerja Nurhaida di pasar modal, dinilainya biasa saja.

"Saya tidak tahu apa pertimbangan Pansel tapi saya kaget dengan hasilnya. Rasanya itu karena kemampuan politik. Artinya, Nurhaida lebih diterima secara politik dibandingkan dengan DK OJK yang lain. Di satu sisi, mungkin Pansel mau OJK berkelanjutan (ada penerus dari periode lalu)," pungkasnya.

Sementara, saingan Nurhaida pada jabatan pengawas pasar modal ialah Arif Baharudin. Arif saat menjabat sebagai Sekretaris Badan Kebijakan Fiskal (BKF). Sebelumnya, Arif merupakan mantan Kepala Pusat Harmonisasi Kebijakan BKF.

HALAMAN:
1 2 3
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER