Industri Ritel dan Makanan-Minuman Berharap dari THR

CNN Indonesia
Rabu, 14 Jun 2017 15:33 WIB
Pengusaha ritel dan makanan-minuman berharap Tunjangan Hari Raya (THR) berimbas positif terhadap pertumbuhan industri pada tahun ini yang sempat lesu.
Pengusaha ritel dan makanan-minuman berharap Tunjangan Hari Raya (THR) berimbas positif terhadap pertumbuhan industri pada tahun ini yang sempat lesu. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan, dunia usaha ritel tengah berharap berkah Ramadan dari Tunjangan Hari Raya (THR) untuk para pekerja yang mulai cair pada pekan ini. Diharapkan, pertumbuhan ritel yang pada dua pekan pertama Ramadan masih lemah dan bisa didongkrak oleh THR.

"Seharusnya ini momen yang tepat untuk meningkatkan penjualan. Biasanya setelah dapat THR, masyarakat mulai percaya diri untuk berbelanja," ujar Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/6).

Menurut proyeksinya, dengan pencairan THR dan momen puncak Ramadan pada Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 25-26 Juni 2017, pertumbuhan penjualan ritel bisa meningkat hingga dua sampai tiga kali lipat dibandingkan bulan biasa, seperti sebelum Ramadan pada April lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun Tutum memperkirakan, peningkatan penjualan terjadi pada semua lini ritel, khususnya penjualan produk fesyen. Sebab, ada keuntungan dari kecenderungan pembelian pakaian baru jelang Idul Fitri. Di samping itu, secara tren tahunan, biasanya ritel fesyen memang subur mendekati hari H Lebaran.

Faktor kecocokan model fesyen dan melihat keuangan, dinilai Tutum menjadi alasan mengapa masyarakat cenderung memenuhi kebutuhan produk fesyen baru di beberapa hari jelang Lebaran.

Sementara untuk ritel seperti makanan dan minumam diperkirakan juga terdongkrak saat THR cair dan jelang Lebaran, namun tak sesignifikan produk fesyen. Sebab, sejak awal Ramadan, sebenarnya ritel makanan dan minuman sudah lebih dulu tumbuh karena ada kecenderungan menyimpan pasokan untuk Ramadan.

"Mungkin (sudah tumbuh) 10-20 persen sejak awal Ramadan karena pembelian meningkat untuk stok, mereka kan harus penuhi kebutuhan untuk berbuka puasa," kata Tutum.

Selain itu, pertumbuhan penjualan ritel makanan dan minuman yang sudah mengalami pertumbuhan ditopang oleh kebutuhan pelaku usaha lainnya, misalnya pengelola hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan. Pasalnya, mereka turut menjadi serbuan masyarakat untuk acara buka puasa bersama.

Bila THR dapat mendongrak pertumbuhan ritel di Ramadan ini, Tutum menyebutkan bahwa pertumbuhan ritel diperkirakan akan cukup terselamatkan sampai akhir tahun, meski target pertumbuhan sebesar 10 persen masih dirasa sulit.

Sementara, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan, untuk industri makanan dan minuman (mamin) di dua pekan pertama Ramadan memang belum bergairah, namun capaiannya dirasa tak begitu berbeda dengan Ramadan tahun lalu.

"Kalau dirata-rata mungkin dibandingkan bulan biasa hanya meningkat 30 persen, tidak begitu berbeda dengan Ramadan tahun lalu. Ini memang kelihatannya industri ritel juga menurun," kata Adhi kepada CNNIndonesia.com.

Adhi melihat, faktor daya beli masyarakat yang melemah menjadi sumber tak terlalu suburnya penjualan mamin, khususnya yang ada di para pelaku ritel.

"Ini sedikit aneh, saya tidak tahu waktunya saja yang bergeser atau bagaimana. Tapi diharapkan kalau THR turun, daya beli jadi meningkat lagi," pungkasnya.

Sementara untuk industri mamin, Adhi memperkirakan sampai akhir tahun mampu mencapai kisaran 8,0 persen. Sedangkan sampai saat ini masih sekitar 7,0 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER