Inflasi Ramadan Tahun Ini Diramal Tak Setinggi Biasanya

CNN Indonesia
Senin, 26 Jun 2017 16:50 WIB
Pemerintah dan Bank Indonesia memproyeksi inflasi bulan Juni sebesar 0,5 persen, lebih rendah dibandingkan Juni 2016 sebesar 0,66 persen.
Kenaikan harga pangan masih menjadi penyumbang terbesar inflasi pada Juni 2017 yang diproyeksi berada dikisaran 0,5 persen. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah dan Bank Indonesia memperkirakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2017 akan mengalami inflasi pada kisaran 0,5 persen. Kendati lebih tinggi dibandingkan inflasi Mei 2017 sebesar 0,39 persen, perkiraan inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan Juni 2016 sebesar 0,66 persen.

Pada tahun ini, bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri jatuh pada bulan Juni, sedangkan pada tahun lalu, bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri terbagi pada bulan Juni dan Juli.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution melihat, inflasi Juni akan lebih banyak disumbang oleh gejolak harga pangan (volatile foods). Padahal, pemerintah sudah berupaya menekan kenaikan harga komponen tersebut melalui pengendalian harga pangan, khususnya jelang lebaran 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dilihat dari pangan saja, kalau bahan bakar minyak (BBM) kan sudah diumumkan tidak naik lagi, sehingga yang banyak mempengaruhi tinggal pangan tapi pangan tidak jelek kok," ujar Darmin di rumah dinasnya di Jalan Widya Chandra, Senayan, Senin 26/6).

Darmin menjelaskan, gejolak harga pangan dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi pangan masyarakat sepanjang bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri. Namun, gejolaknya diprediksi masih cukup wajar, sehingga inflasi masih cukup terkontrol dikisaran 0,5 persen.
Senada dengan pemerintah, Bank Indonesia (BI) memproyeksi inflasi akan berada dikisaran 0,5 persen pada Juni. Adapun berdasarkan hasil survei hingga pekan kedua bulan ini, inflasi pada Juni masih dikontribusikan oleh gejolak harga pangan, meski beberapa harga sudah mulai menurun.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, kontribusi dari tingkat harga yang diatur oleh pemerintah (administered price) pada inflasi Juni sudah tak banyak. Pasalnya, imbas kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk pelanggan berkapasitas listrik 900 voltampere (VA) hanya berlangsung hingga Mei.

Sebagai informasi, kenaikan listrik telah dilakukan oleh pemerintah sebanyak tiga kali, yakni pada Januari, Maret, dan Mei lalu. Pemerintah kemudian memutuskan untuk tidak menaikkan tarif listrik hingga akhir tahun ini.

Mirza menjelaskan, proyeksi inflasi sebesar 0,5 persen cukup rendah. Pasalnya, inflasi pada bulan Ramadan, berdasarkan catatan BI dalam beberapa tahun terakhir selalu berada diatas angka tersebut.

"Kalau 0,5 persen untuk masa ramadan dan masa lebaran, itu angka bulanan yang relatif sangat rendah. Dulu bisa di atas satu persen. Tapi pemerintah sih inginnya di bawah 0,5 persen," kata Mirza pada kesempatan yang sama.

BI pun memproyeksi inflasi hingga akhir tahun ini masih berada dikisaran target BI yakni sebesar tiga persen hingga lima persen. Pasalnya, tak akan ada lagi gejolak pada komponen harga yang diatur pemerintah. Hal ini seiring dengan kepastikan yang diberikan pemerintah terkait tarif listrik yang tak akan naik hingga Desember 2017, serta harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji yang tak akan naik hingga September 2017.
"Kami bersyukur harga minyak internasional turun, sehingga beban pembelian impor minyak juga berkurang. Mudah-mudahan setelah September juga kondisi harga minyak jauh membaik," pungkas Mirza.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER