Jakarta, CNN Indonesia -- Memulai investasi tak melulu harus dimulai dengan nominal yang besar. Tak harus pula ahli dalam membaca pergerakan saham atau pasar uang.
Bermodal Rp100 ribu, Anda dapat mulai berinvestasi melalui produk reksa dana. Saat ini, produk tersebut dapat dibeli mulai dari Rp50 ribu - Rp100 ribu. Beberapa perusahaan manajer investasi bahkan mulai meracik produk seharga Rp10.000.
Reksa dana merupakan kumpulan dana yang dikelola oleh manajer investasi untuk membeli saham, obligasi atau instrumen keuangan lainnya. Anda hanya perlu menaruh sejumlah dana untuk dipercayakan kepada profesional, dalam hal ini manajer investasi untuk mengelolanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Produk reksa dana saat ini juga dapat dengan mudah diperoleh. Selain membeli langsung pada perusahaan manajer investasi, Anda dapat membelinya melalui bank, maupun secara
online. Saat ini, salah satu toko
online bahkan sudah turut menjual produk tersebut.
Walaupun tak perlu keahlian khusus dan hanya butuh modal kecil, membeli reksa dana tentu harus menggunakan perhitungan.
Produk reksa dana sendiri terbagi ke dalam beberapa jenis, bergantung portofolio investasi di dalamnya. Ada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang.
"Reksa dana itu komposisi beberapa barang. Contohnya reksa dana saham, dia boleh investasi di beberapa saham hingga 80 persen dari portofolionya dan 0 persen hingga 20 persen di pasar uang," ujar Vice President Wealth Management & Insurance Product CIMB Niaga Vera Margaret kepada CNNIndonesia.com, Jumat (14/7).
Vera menyarankan, investor yang baru pertama kali membeli produk reksa dana, lebih dahulu mengisi profil risikonya. Pengisian profil risiko tersebut biasanya ditawarkan oleh manajer investasi ataupun bank kepada calon pembeli reksa dana.
"Jadi, bisa tahu, kalau misalnya mudah
deg-degan harusnya membeli produk yang mana, atau bisa terima risiko dan ingin hasil yang tinggi," kata Vera.
Sama halnya seperti produk investasi lainnya, reksa dana juga menganut prinsip makin tinggi risikonya, maka makin tinggi imbal hasilnya. Di antara empat jenis produk reksa dana, reksa dana saham memiliki risiko yang paling tinggi, tetapi mampu pula memberikan imbal hasil paling tinggi, diikuti oleh reksa dana campuran, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana pasar uang.
 Ilustrasi simpanan. (morgueFile/mconnors). |
Tujuan investasi, menurut dia, sangat penting untuk mengatahui produk reksa dana apa yang sebaiknya ingin dibeli. Reksa dana saham misalnya, cocok untuk investasi yang memiliki tujuan investasi jangka panjang diatas 5 tahun.
"Reksa dana saham misalnya, cocok untuk tabungan hari tua atau pendidikan anak jangka panjang," ungkap dia.
Reksa dana campuran memiliki komposisi yang seimbang antara saham dan produk pasar uang, seperti obligasi, sehingga memiliki risiko yang lebih
moderate. Adapun, reksa dana pendapatan tetap memiliki risiko yang lebih rendah karena didominasi oleh produk obligasi yang imbal hasilnya lebih pasti dibandingkan saham.
"Reksa dana pendapatan tetap cocok untuk investasi yang tujuannya, misalnya untuk anak masuk sekolah 3 tahun lagi atau untuk uang muka rumah," terang dia.
Sementara itu, reksa dana pasar uang memiliki imbal hasil paling rendah, tetapi risikonya sangat rendah. Reksa dana pasar uang biasanya ditempatkan dalam deposito dan memiliki karakteristik seperti tabungan. Namun, memiliki imbal hasil yang lebih tinggi.
"Reksa dana pasar uang ini cocok untuk kebutuhan dana yang sangat pendek, mirip seperti tabungan. Misalnya, untuk membayarkan uang muka rumah tapi mau dibayar tiga bulan lagi atau bisa juga untuk menyimpan dana darurat," jelas dia.
Guna memperoleh hasil yang maksimal dalam berinvestasi pada reksa dana, Vera menyarankan pemula untuk menggunakan fasilitas rencana pembelian berkala (
installment plan). Fasilitas ini memungkikan investor untuk membeli secara rutin produk reksa dana dalam jangka tertentu, misalnya 6 bulan, 12 bulan, atau 24 bulan pada tanggal tertentu dengan memotong saldo pada rekening tabungannya secara langsung.
"Saya sarankan
installment, sehingga disiplin menabung. Kalau beli sendiri rutin kan nanti lupa, lalu tertunda terus. Selain itu, kalau beli di tanggal yang sama setiap bulannya, investor juga akan mendapat harga rata-rata tidak selalu beli di saat tinggi atau rendah," tambah dia.
Retail Business Development Division Head PT Bank OCBC NISP Tbk Andreas Kurniawan juga menyarankan hal yang sama. Rencana pembelian berkala, menurut dia, penting untuk mendisiplinkan diri dalam berinvestasi. Dengan demikian, tujuan berinvestasi juga lebig mudah tercapai.
"Kalau saya, setiap bulan sisihkan sekitar 25 persen-30 persen dari total pendapatan saya tersebar di
regular investment plan, tabungan berjangka, dan tabungan untuk kebutuhan
emergency," pungkasnya.