Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan progres pembangunan proyek jalur kereta api dwi ganda atau Double-Double Track (DDT) Manggarai-Cikarang baru mencapai 40 persen.
"Saat ini progres untuk paket A sebesar 39,7 persen, Paket B2-1 sebesar 35,7 persen. Tadi saya dapat laporan pembebasan tanah sedang dilakukan koordinasi dan akan dibebaskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku," ujar Budi dalam keterangan resmi, dikutip Senin (24/7).
Sebelumnya, proyek DDT dibangun untuk memisahkan angkutan kereta api commuter line Jabodetabek dengan kereta api jarak jauh dan menengah sehingga tidak terjadi lagi keterlambatan perjalanan kereta api commuter line Jabodetabek. Pengerjaan proyek ini telah dilakukan sejak tahun 2012.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"DDT ini akan membuat
level of service baik KRL maupun kereta api jarak jauh menjadi lebih baik, karena nanti keluar kota stasiunnya hanya dua yaitu di Jatinegara dan Manggarai, tidak ada lagi di Gambir, jadi kereta api nanti tidak masuk ke dalam kota sehingga tidak ada crossing antara pergerakan kereta api luar kota dan kereta api dalam kota," jelasnya.
Terkait pendanaan dari Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), Budi mengatakan waktu pinjaman akan berakhir pada akhir Agustus 2017. Karenanya, pemerintah akan membiayai sekitar 20 persen kebutuhan pendanaan melalui Anggaran Pendanaan dan Belanja Negara (APBN) 2018.
Proyek DDT sendiri terbagi menjadi 3 paket dengan total jalur sepanjang 35,8 km yaitu Paket A antara Manggarai-Jatinegara, Paket B-21 antara Jatinegara-Bekasi, dan Paket B1 antara Bekasi-Cikarang.
Sebelumnya, pemerintah menyatakan nilai investasi Paket A mencapai Rp3,440 triliun, Paket B-21 Rp900 miliar, dan Paket B1 (Bekasi-Cikarang) mencapai Rp1,121 triliun. Pembiayaan paket A dan B-21 berasal dari Surat Berharga Syariah Negara. Sementara, Paket B1 dibiayai oleh pinjaman dari JICA.
Kembangkan 17 Titik TOD JabodetabekSementara itu, terkait dengan kegiatan integrasi antarmoda yang menjadi konsep konektivitas di perkotaan, Budi meminta Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta untuk mengembangkan 17 titik Transit Oriented Development (TOD) di wilayah Jabodetabek.
Tujuh belas titik TOD yang dikembangkan adalah Stasiun Depokbaru, Stasiun Pasarminggu, Stasiun Durenkalibata, Stasiun Cawang, Stasiun Tebet, Stasiun Manggarai, Stasiun Jatinegara, Stasiun Sudirman, Stasiun Karet, Stasiun Tanahabang, Stasiun Palmerah, Stasiun Kebayoran, Stasiun Juanda, Stasiun Cikini, Stasiun Jakartakota, Stasiun Grogol, dan Stasiun Klender.
"Ada suatu eskalasi kenaikan penumpang yang menggunakan antarmoda antara kereta api dengan Transjakarta dari 25 ribu penumpang menjadi 37 ribu penumpang. Untuk itu saya minta Dishub DKI Jakarta untuk menyelesaikan TOD dalam dua minggu kedepan," ujarnya.
Menurut Budi, jika TOD ini berjalan dengan baik akan membuat perpindahan penumpang menjadi lebih efisien.
"TOD atau manajemen lalu lintas ini harus digarap secara baik. Saya ingin penumpang dari satu moda ke moda lain movementnya efisien. Oleh karenanya kita ada 17 titik di seluruh Jakarta yang akan kita kembangkan, kita detailkan supaya konektivitas antar moda terutama antara TransJakarta dan KRL jadi lebih bagus. Baru nanti kita berpikir ke moda-moda yang lain," jelasnya.
Lebih lanjut, beberapa persiapan penunjang stasiun telah dilakukan. Salah satunya melalui pembuatan underpass agar penumpang atau warga sekitar stasiun tidak melewati jalur kereta api untuk menyeberang.
(gir)