Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menengarai tren penurunan porsi ekspor nonmigas Indonesia ke Singapura selama beberapa tahun terakhir. Hal itu seiring pengembangan infrastruktur pelabuhan penunjang kegiatan ekspor dan impor.
"Dalam 10 tahun terakhir, ketergantungan ekspor nonmigas kita yang transit ke Singapura terus berkurang," tutur Kepala Badan Pengkajian dan Pengembagan Perdagangan Kasan di kantor Kemendag, Rabu (26/7).
Sepanjang tahun 2005, lanjut Kasan, porsi ekspor nonmigas ke Singapura mencapai 11 persen atau senilai US$7,1 miliar. Sementara, selama Januari-Juni tahun ini, porsi ekspor ke Singapura hanya sebesar 5,91 persen dari total ekspor nonmigas yang mencapai US$72,36 miliar.
Menurut Kasan, pengembangan infrastruktur pelabuhan Tanjung Priok memungkinkan masuknya kapal besar untuk melakukan pengiriman ekspor secara langsung (
direct) ke negara tujuan tanpa harus transit di Singapura. Akibatnya, aktivitas perdagangan bisa lebih efisien dan ekspor bisa lebih berkualitas
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada ujungnya, kalau pelabuhan di Sumatera dibesarkan lagi, sudah lupakanlah saja Singapura. Maksudnya, ekspor bisa
direct tanpa ke Singapura," ujarnya.
Kasan menyebutkan produk nonmigas yang selama ini banyak diekspor ke Singapura merupakan produk primer seperti timah, minyak sawit mentah (CPO), dan emas. Namun demikian, Singapura juga memiliki permintaan ekspor yang tinggi untuk produk perhiasan.
Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang paruh pertama tahun ini neraca dagang nonmigas Indonesia-Singapura mencatatkan surplus sekitar US$630 juta atau turun 54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, US$1,38 miliar.