Nilai Rupiah di Bawah Kewajaran, Ekspor Jadi Kompetitif

CNN Indonesia
Kamis, 27 Jul 2017 12:55 WIB
Bank for International Settlement mencatat, kondisi undervalue rupiah terjadi sejak September 2011 yaitu di level 99,8 atau di bawah kondisi par, 100.
Bank for International Settlement mencatat, kondisi undervalue rupiah terjadi sejak September 2011 yaitu di level 99,8 atau di bawah kondisi par, 100. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini masih berada di bawah angka wajarnya (par) atau undervalue. Di sisi lain, hal itu membuat kurs rupiah masih kompetitif untuk mendorong kinerja ekspor.

"Rupiah kita tidak overvalue tetapi masih sedikit undervalue. Malah bagus untuk mendukung ekspor dan menahan impor," tutur Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis (27/7).

Kendati demikian, Mirza membantah jika BI disebut sengaja menahan kurs rupiah untuk berada di bawah angka wajar. Menurut Mirza, kondisi rupiah tercipta dari mekanisme pasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Kurs rupiah) pasar yang menentukan. BI hanya memonitor," jelasnya.

Mirza mengungkapkan beberapa waktu terakhir kurs dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang negara-negara di dunia, terutama euro.

Tren pelemahan dolar AS terjadi sejak muncul keraguan pasar uang internasional terhadap janji-janji pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J Trump di bidang ekonomi. Tak ayal, ekonom internasional merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun depan.

Minggu lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini dan tahun depan menjadi 2,1 persen, dari proyeksi yang dibuat pada April. Kala itu, ekonomi AS tahun ini diramalkan bisa tumbuh 2,3 persen dan tahun depan 2,5 persen.

"Karena perekonomian AS direvisi ke bawah pada 2018 makanya kurs dolar AS relatif lemah dan kondisi itu bagus bagi Indonesia karena [rupiah] menjadi stabil," ujarnya.

Sementara, penguatan euro terjadi karena pasar merespon positif hasil pemilihan umum di negara-negara Uni Eropa (UE) seperti Belanda dan Perancis, di mana pihak yang mendukung untuk keluar dari UE mengalami kekalahan.

"Di Jerman, Merkel (Kanselir Jerman Angela Merkel) nampaknya juga akan menang lagi sehingga optimisme terhadap euro bangkit lagi," jelasnya.

Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), seminggu terakhir Rupiah mengalami pelemahan. Per 26 Juli 2017 kurs tengah referensi Rupiah ada di level Rp13.334 per dolar AS, merangkak naik dari posisi awal minggu lalu Rp13.313 per dolar AS.

Meskipun akhir-akhir ini melemah, lanjut Mirza, volatilitas rupiah masih relatif stabil bahkan cenderung menguat jika dibandingkan posisi di awal tahun di mana rupiah ada di level Rp13.485 per dolar AS.

Undervalue Sejak 2011

Ekonom PT Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, merujuk data kurs efektif riil (real effective exchange rate/REER), kurs rupiah memang masih undervalue. Kondisi ini bukan hal negatif karena masih berada di kisaran fundamental perekonomian dalam hal ini mampu menopang pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan neraca dagang.

"[Rupiah] biasanya dijaga di level yang tetap undervalue untuk menopang ekspor. Kalau dilihat, volatilitas di level yang sekarang juga sudah stabil, tanpa ada intervensi BI. Artinya, memang pasar menerima di level tersebut," jelas Andry kepada CNNIndonesia.com.

Berdasarkan data Bank for International Settlement (BIS), kondisi undervalue rupiah telah terjadi sejak September 2011 yaitu di level 99,8 atau di bawah kondisi par, 100.

Data terakhir, Juni 2017, REER Indonesia ada di level 94,86. Posisi itu turun 1,17 poin dari posisi akhir Desember 2016, 96,03.

Sebagai informasi, REER adalah indeks nilai tukar berbagai negara dengan mempertimbangkan faktor lain seperti tahun dasar, indeks harga konsumen (inflasi) dan pertumbuhan ekonomi di negara yang masuk dalam keranjang (basket) mata uang negara yang diperhitungkan.

Untuk Juni 2017, BIS memasukkan 61 negara dalam keranjang mata uang negara dengan menjadikan 2010 sebagai tahun dasar indeks harga konsumen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER