Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi tertekan pada perdagangan akhir pekan ini, karena dipicu oleh meningkatnya risiko fiskal di Indonesia.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menjelaskan, peningkatan tersebut dapat menekan laju rupiah terhadap dolar AS dan menambah dana asing yang keluar (
capital outflow).
"IHSG diperkirakan bergerak di kisaran
support 5.780 hingga
resistance kembali menguji di 5.830 rawan koreksi," kata David dalam risetnya, Jumat (28/7).
Selain itu, sentimen negatif lainnya datang dari laporan keuangan sejumlah emiten unggulan yang dinilai tidak lebih baik dari periode sebelumnya. Hal ini tentu akan menekan harga saham dari masing-masing emiten tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, analis Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya menyatakan, IHSG masih dalam rentang konsolidasi wajar dalam jangka pendek. Namun, IHSG masih memiliki tenaga untuk menanjak dalam jangka menengah dan panjang.
"Mengingat dari sisi fundamental perekonomian masih cukup mendukung untuk hal tersebut terjadi, sedangkan fluktuasi harga komoditas juga turut mempengaruhi IHSG," papar William dalam risetnya.
Hari ini, ia memprediksi, IHSG bergerak dalam
support 5.763 dan
resistance 5.876. Sepanjang hari ini, jelas William, pelaku pasar dapat mencermati pergerakan saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Adapun, pada Kamis (27/7) lalu IHSG ditutup menguat 19,53 poin (0,33 persen) ke level 5.819 setelah bergerak di antara 5.805-5.820. Sementara, rupiah berhasil menguat di level Rp13.318 per dolar AS.
Kemudian, mayoritas saham Wall Street mengalami koreksi tadi malam. S&P500 dan Nasdaq masing-masing melemah 0,1 persen dan 0,63 persen, sedangkan Dow Jones berhasil menguat 0,39 persen.