Indonesia Butuh Dana Infrastruktur US$1,7 Triliun Hingga 2040

CNN Indonesia
Kamis, 03 Agu 2017 20:02 WIB
Global Infrastructure Hub (GI Hub) memperkirakan biaya pembangunan infrastruktur untuk mendukung ekonomi global mencapai angka US$94 triliun pada 2040.
Global Infrastructure Hub (GI Hub) memperkirakan biaya pembangunan infrastruktur untuk mendukung ekonomi global mencapai angka US$94 triliun pada 2040. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Global Infrastructure Hub (GI Hub) memperkirakan biaya pembangunan infrastruktur untuk mendukung perkembangan ekonomi global dan mempersempit kesenjangan mencapai angka US$94 triliun pada 2040. Sementara, Indonesia digadang membutuhkan US$1,7 triliun hingga 2040.

Untuk diketahui, GI Hub adalah lembaga yang lahir dari forum internasional G20. Lembaga ini menguraikan kebutuhan investasi infrastruktur secara global dan individual dari 50 negara dan tujuh sektor, yaitu pelabuhan, jalan, listrik, rel kereta, air, bandara, dan telekomunikasi.

Dalam laporan yang berjudul Global Infrastructure Outlook tersebut dijelaskan, guna mencapai Pembangunan Berkelanjutan PBB, atau yang dikenal sebagai Sustainable Development Goals (SDG), dibutuhkan tambahan sebesar US$3,5 triliun bagi rumah tangga untuk mengakses air bersih dan listrik pada 2030. Sehingga, jumlah biaya tersebut akan mencapai US$97 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CEO Global Infrastructure Hub, Chris Heathcote mengungkapkan bahwa US$18,5 triliun atau 19 persen dari total biaya terancam tidak mendapatkan pendanaan apabila tren pengeluaran dunia tidak berubah.

"Setiap tahunnya, US$3,7 triliun harus diinvestasikan untuk infrastruktur demi mencapai permintaan dari populasi global yang terus meningkat. Angka ini setara dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Jerman, negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia," jelasnya dalam keterangan resmi, Kamis (3/8).

Investasi ini diproyeksikan meningkat dengan tambahan US$236 juta untuk memenuhi SDG di bidang air bersih dan listrik setiap tahunnya hingga 2030, tahun di mana setiap negara diharapkan memenuhi target ini.

"Hal ini bukan hanya menjadi tantangan bagi negara berkembang yang harus membangun infrastruktur baru, namun juga bagi negara maju yang perlu melakukan pembaruan sistem," kata Heathcote.

Amerika Serikat tercatat memiliki kesenjangan terbesar dalam belanja infrastruktur, yaitu sebesar US$3,8 triliun. Di sisi lain, China akan menerima permintaan terbesar untuk investasi infrastruktur, yakni sebesar US$28 triliun.

Pencapaian akhir SDG PBB bergantung pada penyediaan infrastruktur yang berkualitas. Merujuk pada skema saat ini, investasi tidak akan cukup untuk memenuhi target SDG di bidang air bersih dan listrik pada 2030.

"Indonesia, sebagai salah satu dari 50 negara yang masuk dalam laporan Global Infrastructure Outlook, membutuhkan belanja infrastruktur secara kumulatif sebesar US$1,7 triliun hingga 2040. Jumlah ini hampir 1,9 kali lebih besar dari PDB Indonesia saat ini," imbuh Heathcote

Indonesia Butuh Dana Infrastruktur US$1,7 Miliar Hingga 2040(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Sama seperti mayoritas negara di Asia lainnya, Indonesia membutuhkan investasi yang besar untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur air, di antaranya bendungan dan sarana pengolahan air bersih.

Infrastruktur air merupakan kebutuhan yang sangat penting terutama karena Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan populasi rata-rata sebesar 0,8 persen per tahun.

"Outlook melaporkan bahwa kebutuhan belanja infrastruktur Indonesia untuk sektor air berkisar di angka US$144 miliar (0,34 persen) di bawah tren saat ini, atau US$209 miliar (0,49 persen) di bawah kebutuhan investasi yang sebenarnya," jelas Heathcote.

Namun dalam hal infrastruktur pelabuhan, Indonesia termasuk negara dengan kinerja terbaik di kategori pendapatan rendah dan menengah bawah. Hal ini menunjukkan bahwa kelanjutan investasi sesuai status quo akan cukup untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur pelabuhan Indonesia di masa depan.

Laporan GI Hub juga menyatakan pada tahun 2040, populasi global akan bertambah hingga 2 miliar orang atau meningkat hingga 25 persen. Seluruh penduduk yang tinggal di kota akan menuntut perbaikan infrastruktur secara besar-besaran.

Kebutuhan infrastruktur terbesar di dunia akan berada di Asia, di mana Asia membutuhkan US$51 triliun hingga tahun 2040 untuk memenuhi kebutuhannya.


Catatan Redaksi: Judul berita ini sudah dikoreksi dari semula 'Indonesia Butuh Dana Infrastruktur US$1,7 Triliun Hingga 2040' akibat kekeliruan redaksi. Koreksi juga dilakukan pada paragraf pertama kalimat kedua, dari sebelumnya 'Indonesia digadang membutuhkan US$1,7 triliun hingga 2040'. Kami mohon maaf atas kekeliruan sebelumnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER