Pastikan Kondisi Gas Kepodang, PGN Butuh Badan Independen

CNN Indonesia
Kamis, 10 Agu 2017 12:30 WIB
Perusahaan berpotensi merugi karena produksi di blok itu terpaksa berhenti pada tahun depan atau lebih cepat dari rencana semula.
Perusahaan berpotensi merugi karena produksi di blok itu terpaksa berhenti pada tahun depan atau lebih cepat dari rencana semula. (www.pgn.co.id)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN membutuhkan badan independen untuk memastikan kembali kebenaran kondisi kahar (force majeure) di Lapangan Kepodang, Blok Muriah.

Direktur Keuangan Nusantara Suyono mengatakan, perusahaan berpotensi merugi karena produksi di blok itu terpaksa berhenti pada tahun depan atau lebih cepat dari rencana semula.

"Nilainya berapa sedang dikaji tergantung produksinya. Penilaian terlebih dahulu baru tau berapa," kata Nusantara, Rabu (9/8).

Menurut Nusantara, perusahaan memiliki 20 persen hak kelola di Lapangan Kepodang. Sementara, sisanya dipegang oleh Petroliam Nasional Berhad (Petronas). Pengumuman kondisi kahar ini digaungkan oleh Petronas pada Juni lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, gas dari Lapangan Kepodang diestimasikan dapat memasok gas hingga tahun 2026. Namun, cadangan gas di lapangan tersebut diproyeksi habis tahun depan.

Mengantisipasi hal ini, Direktur Pengadaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sempat mengatakan, pihaknya telah menyiapkan pasokan gas dari Lapangan Jambaran-Tiung Biru di Blok Cepu sebagai pemasok baru Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTU) Tambak Lorok, Semarang.

"Sebagai antisipasi Kepodang, kami siapkan gas dari Lapangan Jambaran-Tiung Biru, karena nanti gas nya bisa dikirim lewat pipa Gresik-Cepu-Semarang," ucap Iwan, bulan lalu.

Sementara itu, PGN menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$500 juta sepanjang tahun ini. Namun, hingga akhir Juni ini perusahaan baru menyerap dana belanja modal sekitar US$130 juta.

Lebih rinci, perusahaan telah menggunakan dana US$100 juta untuk kebutuhan bisnis di hulu (upstream) dan US$30 juta diserap untuk bisnis hilir (downstream). Nusantara mengklaim, perlambatan ekspansi di bisnis hilir menjadi faktor utama masih kecilnya penyerapan belanja modal perusahaan.

"Belanja modal kami di bisnis hilir sebelumnya lebih besar. Kalau kami bangun tidak ada peminatnya lebih parah lagi," tutup Nusantara.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER