Cetak Uang Baru, Laba Peruri Menanjak 83 Persen

CNN Indonesia
Kamis, 10 Agu 2017 18:55 WIB
Pencapaian semester I sekaligus merupakan titik balik bagi Peruri setelah menorehkan kinerja jelek pada semester I 2016.
Pencapaian semester I sekaligus merupakan titik balik bagi Peruri setelah menorehkan kinerja jelek pada semester I 2016. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mengilap pada semester I 2017, usai mencetak uang rupiah emisi baru. Tengoklah, laba bersihnya tercatat tumbuh 83,87 persen menjadi Rp126,37 miliar ketimbang semester I tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan usahanya tembus Rp1,3 triliun atau naik 40,75 persen. Menurut Direktur Utama Perum Peruri Prasetio, pendapatan usaha tersebut dikontribusi oleh produksi uang kertas rupiah hingga 4,73 miliar bilyet atau tumbuh 67,67 persen dibandingkan 2016 yang hanya sebanyak 2,82 miliar bilyet.

Ia mengungkapkan, kinerja semester I 2017 merupakan titik balik bagi Peruri setelah menorehkan kinerja jelek pada semester I 2016. Tahun lalu, perusahaan pelat merah ini terpaksa harus menelan kerugian hingga Rp426 miliar akibat ketersediaan bahan baku produksi uang yang mengalami keterlambatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keterlambatan tersebut semata-mata karena ada penataan ulang internal proses di bidang pengadaan dari pemberi tugas (Bank Indonesia). Namun demikian, secara multiyears (dua tahunan) jumlah pesanan cetak uang rupiah secara akumulatif tidak berkurang," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (10/8).

Di samping itu, Perum Peruri juga memproduksi uang logam sebesar 1.062 juta keping, naik 20,27 persen dibandingkan 2016 yang mencapai 883 juta keping. Sementara, untuk produksi paspor dan buku melorot hingga 75,52 persen dari 11.353 ribu buku pada 2016 menjadi 335 ribu buku.

Produksi pita cukai sebesar 90 juta lembar, turun 4,30 persen dibandingkan 2016 yang mencapai 94 juta. Produksi materai sebesar 20 juta keping atau turun 89,39 persen dibandingkan 2016 yang mencapai 189 juta keping.

Penurunan produksi paspor dan pita cukai karena pesanannya dari Direktorat Jenderal lmigrasi untuk paspor dan Direktorat Jenderal Pajak untuk pita cukai baru baru keluar pada Desember 2016 dan April 2017.

"Saat ini, sedang dalam proses pengerjaan. Khusus penurunan pesanan materai karena Ditjen Pajak masih mempunyai persediaan yang mencukupi untuk 2017," kata Prasetio.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER