ANALISIS

Menerka Prospek Bisnis Ramayana ke Depan

CNN Indonesia
Kamis, 31 Agu 2017 18:22 WIB
Ramayana menutup delapan gerai supermarket-nya karena kalah bersaing. Bagaimana prospek bisnis Ramayana secara keseluruhan?
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk mengaku menutup delapan gerainya dalam rangka konsolidasi atas prospek bisnis ke depan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Akhir minggu lalu, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk menutup delapan gerainya yang ada di Banjarmasin, Bulukumba, Gresik, Bogor, Pontianak, Sabang, serta dua gerai di Surabaya. Unit bisnis supermarket jaringan ritel pemilik merek Ramayana, Robinson, serta Cahaya itu menyebut, perusahaan melakukan penutupan tak semata-mata karena merugi. Namun, tengah melakukan konsolidasi atas prospek bisnis ke depan.

Sekretaris Perusahaan Ramayana Setyadi Surya menjelaskan, penutupan delapan gerai tersebut dilakukan dengan latar belakang perubahan prospek bisnis dari unit supermarket.

Semula, perusahaan melihat bisnis supermarket memiliki potensi yang besar, sejalan dengan minat masyarakat berbelanja di pasar modern. Namun, tak seluruh gerai yang tersebar di berbagai daerah memberikan hasil bisnis yang baik. Pasalnya, ada peningkatan persaingan pada bisnis supermarket, khususnya dari minimarket.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari masa ke masa, penetrasi pasar minimarket kian besar ditandai dengan menjamurnya toko-toko minimarket yang semakin dekat dengan perumahan. Sehingga, masyarakat cenderung mengandalkan minimarket untuk memenuhi kebutuhannya.

"Benar, persaingan (dengan minimarket) memang semakin meningkat," ujar Setyadi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (31/8).

Alhasil, perusahaan mengevaluasi kembali kinerja gerai-gerai tersebut dan mengerucut pada kebijakan mengalihkan bisnis supermarket yang kurang maksimal keuntungannya.

"Memang melihat prospeknya. Nah, karena prospek dimasing-masing daerah berbeda, maka formatnya juga berbeda," kata Setyadi.

Dengan perubahan prospek bisnis supermarket tersebut, menurutnya, wajar bila perusahaan menghentikan penjualan supermarket di gerai-gerai tertentu dan mengalihkan sepenuhnya ke department store. Sebab, kontribusi pendapatan dari bisnis department store memang lebih besar dan lebih baik.

Namun, Setyadi menegaskan bahwa perusahaan tetap melihat dan menjaga prospek bisnis supermarket yang masih ada di beberapa gerai.

"Sejauh ini, potensi supermarket masih kami pertahankan, bahkan kami kembangkan," imbuhnya.

Tercatat, masih ada sekitar 90 dari 150 gerai Ramayana yang menjalankan bisnis supermarket. Sehingga, pengalihan delapan gerai kemarin tak memberi banyak pengaruh. "Transformasi ke department store akan memberi kontribusi yang lebih baik," tekannya.

Gerai Ramayana Blok M yang DitutupGerai Ramayana Blok M yang Ditutup (REUTERS/Beawiharta)

Selain itu, Setyadi mengaku bahwa perusahaan telah melirik perdagangan elektronik (e-commerce). Namun, sejauh ini belum dijalankan secara independen, melainkan memanfaatkan kerja sama dengan perusahaan marketplace, seperti Blanja.com dan Tokopedia.

"Saat ini, produk Ramayana sudah juga dijual online, lewat blanja.com," pungkasnya.

Namun, seperti apa keuangan emiten berkode RALS saat ini?

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan penjualan naik 9,79 persen, dari semula Rp3,15 triliun per semester I 2016 menjadi Rp3,46 triliun pada semester I 2017 lalu.

Meski penjualan naik tipis, laba bersih yang diperoleh perusahaan berhasil melejit hingga 45,1 persen, dari Rp254,05 miliar pada Juni 2016 menjadi Rp368,77 miliar.

Menurut Setyadi, hal ini karena tambahan pendapatan lain dari Rp5,22 miliar menjadi Rp14,39 miliar yang disertai penurunan beban. Tercatat, beban penjualan menurun dari Rp209,49 miliar menjadi Rp207 miliar. "Beban penjualan berkurang memang karena kami melakukan efisiensi," terangnya.

Sementara, beban umum dan administrasi meningkat dari Rp731,94 miliar pada 30 Juni 2016 menjadi Rp735,36 miliar. Namun, beban lainnya turun dari Rp9,25 miliar ke Rp1,38 miliar.

Sedangkan dari sisi aset dan liabilitas tumbuh sama yakni mencapai 25,3 persen. Per Juni 2017, total aset dan liabilitas Ramayana juga sama-sama tercatat sebesar Rp5,82 triliun. "Memang kami upayakan besarannya sama karena prinsipnya, total aset setara liabilitas dan ekuitas," katanya.

Sayang, Setyadi enggan menjelaskan lebih rinci mengenai postur keuangan perusahaan hingga memasuki awal paruh kedua tahun ini. Namun, ia meyakini, kinerja perusahaan masih akan baik sampai tutup tahun.

Lalu, bagaimana dengan prospek bisnis Ramayana ke depan?

Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada melihat, prospek bisnis Ramayana masih menjanjikan meski isu pelemahan industri ritel berhembus sejak awal tahun. Hal ini tak hanya terlihat dari keuangan perusahaan yang masih tumbuh positif, tetapi juga pergerakan saham Ramayana yang masih baik. Terpantau, harga saham RALS masih dikisaran Rp1.000 per lembar saham, menguat 1,52 persen.

Reza bilang, ini membuktikan bahwa isu pelemahan ritel hingga penutupan gerai kemarin tak memberi sentimen negatif. Di sisi lain, pelaku pasar memiliki kemampuan membaca prospek jangka panjang.

"Nyatanya, ada juga yang beranggapan bahwa penutupan gerai tersebut memberi ruang bagi Ramayana untuk efisiensikan gerai yang tak banyak pengunjungnya. Sehingga, mereka tak langsung melakukan aksi jual," terang Reza.

Selain itu, Reza melihat, kebutuhan masyarakat akan industri ritel masih besar, meski cenderung bergeser ke minimarket. Namun, Ramayana menurut dia, juga masih punya pangsa pasar yang besar untuk departement store. Selain itu, Ramayana juga mulai menjajal penjualan online, dan mungkin nantinya akan turut melirik bisnis minimarket.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku, prospek bisnis supermarket memang mengalami penurunan seiring pola konsumsi masyarakat yang berubah.

"Sekarang orang kalau tidak penting-penting sekali, lebih memilih belanja ke toko yang kecil, baik minimarket atau convenience store itu. Yang penting kan barang yang sama itu dijual, harganya sama saja, tempatnya bagus lagi," ujar Darmin.

Namun, perubahan pola tersebut, dilihatnya masih wajar dan tak perlu dikhawatirkan. Darmin pun mengaku lebih khawatir dengan peritel independen. Sebab, pertumbuhan ritel besar cukup masif, sehingga secara tak langsung membuat bisnis ritel independen, termasuk pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi sempit.

Untuk itu, menurut Darmin, pihaknya saat ini tengah menyiapkan aturan terkait pembatasan jumlah gerai minimarket dan supermarket besar. Namun, aturan tersebut kemungkinan belum dapat diterapkan pada tahun ini.

Meski membatasi, Darmin bilang, pemerintah telah berbicara dengan pelaku ritel besar dan akan memastikan bisnis peritel besar tetap dapat tumbuh,

"Mereka bilang tidak masalah, asal jangan bilangnya tidak boleh tambah (gerai). Memang kelihatannya tidak masalah karena kami tidak halangi mereka tumbuh. Asal jangan milik dia saja yang bertambah, tapi yang independen juga punya ruang untuk tumbuh," terang Darmin.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengaku, awal tahun ini menjadi kondisi yang sulit bagi ritel Tanah Air. Sentimennya pun beragam, salah satunya dari perubahan pola konsumsi masyarakat yang semula membeli dalam jumlah banyak (grosir) menjadi lebih sedikit (eceran).

Adapun, mungkin hal ini juga terjadi pada Ramayana, di mana bisnis supermarket-nya mendapat persaingan yang ketat dari minimarket.

Namun, Ketua Umum Aprindo Roy Mandey melihat, kondisi melemahnya ritel ini masih berpeluang membaik pada paruh kedua. Hanya saja, memang para pelaku ritel turut pula dituntut mengambil langkah 'tokcer' agar tak terbawa arus pelemahan.

"Kami menyadari, peritel butuh rekonsiliasi untuk memenangkan persaingan, misalnya dengan merelokasi toko, renovasi. Pintar-pintar inovasi," ucap Roy.

Di sisi lain, Roy melihat, peritel saat ini juga dapat memanfaatkan pelonggaran kebijakan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) atau 7 Days Reverse Repo (7DRR) Rate, yang turun dari 4,75 persen ke 4,5 persen. Kendati demikian, stimulus dari pemerintah menurut dia, tetap dibutuhkan.

"Kalau bunga acuan turun, 3-4 bulan ke depan bank akan menyesuaikan. Kredit usaha semakin murah, ini dorongan yang sangat kami butuhkan. Kami harapkan, ada dorongan-dorongannya menyusul," terangnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER