PLN Tampik Kabar Impor LNG dari Singapura

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 06 Sep 2017 08:52 WIB
PLN berdalih hanya akan menjalin kerja sama dengan Keppel Corporation dan menyewa fasilitas penyimpanan gas sebagai transit gas alam cair.
PLN berdalih hanya akan menjalin kerja sama dengan Keppel Corporation dan menyewa fasilitas penyimpanan gas sebagai transit gas alam cair. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) menampik rencana impor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Singapura melalui Keppel Corporation untuk memasok pembangkit listrik yang dikelola perusahaan pelat merah itu.

Memang, Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Supangkat Iwan Santoso mengakui, perseroan akan menjalin kerja sama dengan perusahaan Singapura itu. Namun, sejauh ini, perseroan hanya berniat menyewa fasilitas penyimpanan gas (storage) milik perusahaan mitra di Singapura sebagai transit gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG).

"Yang kami bicarakan tentu membangun infrastrukturnya, logistik. Karena Singapura punya fasilitas untuk penyimpanan gas. Kalau soal impor gas kami tidak tahu, itu urusan pemerintah," ujarnya, Selasa (5/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia melanjutkan, storage ini akan menyimpan gas yang disuplai dari dalam negeri dan akan dipasok ke pembangkit yang rencananya dibangun di Tanjung Pinang berkapasitas 240 Megawatt (MW). Selain storage, Keppel juga memiliki dermaga kecil, di mana LNG dapat dikirim ke pembangkit melalui kapal kecil.

Penyewaan storage ini bisa diteruskan, dengan catatan biaya transportasi LNG ke pembangkit PLN bisa lebih efisien. Namun, perusahaan negara tetangga tersebut baru membanderol tarif distribusi dan regasifikasi sebesar US$3,8 per MMBTU. Harga ini dianggap tidak kompetitif.

Meski demikian, kedua pihak tetap membuka peluang untuk menjalin kerja sama dalam membangun fasilitas logistik gas di dalam negeri.

"Kalau untuk dikerja samakan dengan Indonesia, mungkin ke depan butuh storage dan fasilitas regasifikasi di masing-masing pembangkit. Kalau besaran pembangkit 100 MW, gasnya butuh 20 BBTUD," ungkapnya.

Direktur Utama PLN Sofyan Basyir juga menegaskan, tidak ada wacana bagi perusahaannya untuk mengimpor gas dari luar negeri. Apalagi, saat ini, perusahaannya juga masih menghitung kebutuhan gas dengan rencana pasokan suplainya.

"Kalau masalah impor gas, saya tidak tahu. Kebutuhan gas sedang dihitung," paparnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, Indonesia akan mengimpor LNG dari Singapura sebagai bentuk hubungan diplomatik yang baik antara kedua negara. Kesepakatan impor akan ditandatangani saat pertemuan antara Indonesia dan Singapura.

Adapun, pemerintah memiliki dua opsi untuk mendatangkan LNG dari Singapura. Pertama, opsi pertukaran penggunaan LNG (swap). Kedua, adalah murni impor dari Singapura.

"Kalau mereka kasih harga yang menarik, kami pertimbangkan dong. Kan ujung-ujungnya ke harga jual masyarakat juga," terang Luhut.

Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 hingga 2026, pembangkit listrik tenaga gas akan mengambil porsi 26,7 persen dari bauran energi (energy mix) pada tahun 2026 mendatang sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 hingga 2026 mendatang.

Oleh karenanya, Indonesia membutuhkan gas sebanyak 1.193 Trilion British Thermal Unit (TBTU) atau tiga kali lipat dibanding tahun 2016 sebanyak 606,5 TBTU. Dari jumlah tersebut, sebanyak 851 TBTU atau 71,33 persen dari kebutuhan gas bagi pembangkit akan disediakan dari LNG. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER