Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) tengah menyusun studi kelayakan untuk membangun fasilitas penyimpanan dan regasifikasi terapung (Facility Storage Regasification Unit/FSRU) di Sumatra Utara. Studi tersebut dimaksudkan untuk menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) pembangkitan untuk pembangkit baru bertenaga gas.
Direktur Pengadaan Strategis 1 PLN Nicke Widyawati mengatakan, FSRU dibangun sebagai pasokan gas bagi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Sumbagut 3 dan 4 yang berkapasitas 2x250 Megawatt (MW). Adapun, pembangkit ini digarap oleh anak usaha PLN, PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang bermitra dengan perusahaan asal Qatar, Nebras Power.
"Untuk FSRU di Belawan itu, kami sedang buat
feasibility study-nya," ujarnya ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (6/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain untuk PLTGU Sumbagut 3 dan 4, FSRU ini rencananya juga bisa memasok gas bagi PLTG lain yang berada di Sumatra Utara, utamanya Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Belawan. Namun, saat ini, perseroan masih menghitung BPP yang optimal antara kondisi saat ini dengan pasokan gas dari FSRU baru nantinya.
Saat ini, pasokan gas dari PLTGU Belawan didatangkan dari blok Tangguh yang dikelola British Petroleum yang diregasifikasi di Arun dan dikirimkan melalui pipa transmisi Arun-Belawan yang dikelola PT Pertamina Gas.
"Yang pasti, desainnya ada dua pilihan. Apakah FSRU ini hanya untuk
supply Sumbagut 3 dan 4 saja atau juga yang lain. Jadi, ada dua opsi yang sedang dikaji," ungkapnya.
Meski demikian, ia masih belum tahu kapasitas serta nilai pembangunan FSRU ini mengingat sedang dilakukan studi kelayakan. Namun, menurut perhitungan PLN, setiap 100 MW tenaga listrik membutuhkan gas 20 BBTUD.
"Masalah kebutuhan gas juga masih dikaji oleh PJB. Tapi ini lokasinya jauh dari Arun, sangat dekat dengan Sumbagut 3 dan 4," imbuh Nicke.
Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 hingga 2026, pembangkit listrik tenaga gas akan mengambil porsi 26,7 persen dari bauran energi (energy mix) di 2026 sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 hingga 2026 mendatang.
Oleh karenanya, Indonesia membutuhkan gas sebanyak 1.193 Trilion British Thermal Unit (TBTU) atau tiga kali lipat dibanding tahun 2016 sebanyak 606,5 TBTU. Dari jumlah tersebut, sebanyak 851 TBTU atau 71,33 persen dari kebutuhan gas bagi pembangkit akan disediakan dari LNG.