Kelebihan Produksi Listrik Biogas, Sinarmas Ingin Jual ke PLN

CNN Indonesia
Rabu, 13 Sep 2017 19:49 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sinarmas Agro yang terletak di Libo, Riau saat ini mengalami kelebihan suplai listrik 0,5 Megawatt.
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sinarmas Agro yang terletak di Libo, Riau saat ini mengalami kelebihan suplai listrik 0,5 Megawatt. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Riau, CNN Indonesia -- Grup Sinarmas melalui anak usahanya, PT Sinarmas Agro Resources and Technology Tbk berharap PT PLN (Persero) bisa membeli listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) yang terletak di Libo, Riau. Pasalnya, produksi listrik dari pembangkit tersebut saat ini mengalami kelebihan suplai.

Vice President Mill Sinarmas Wilayah Riau Goh K. Teck mengatakan, kapasitas PLTBg di kebun Sei Rokan yang digunakan untuk kebutuhan pabrik Kernel Crushing Plant (KCP) di lokasi yang sama saat ini tercatat 2x1 Megawatt (MW). Namun, pabrik tersebut hanya membutuhkan listrik 1,5 MW, sehingga masih ada 0,5 MW listrik yang bisa dijual ke PLN.

"Tentu saja kalau PLN berminat, kami bersedia menjual listrik ke PLN," ungkap Goh ditemui di Libo, Siak, Riau (13/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, hingga saat ini, PLN belum menyambungkan jaringan listrik ke kebun Libo, sehingga keinginan ini sulit untuk terealisasi. Kendati demikian, Goh mengaku bahwa perusahaannya hampir melaksanakan Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan PLN, meski terantuk di salah satu klausul PPA-nya.

"PLN waktu itu minta kontrak PPA satu tahun saja, namun kan kami belum bisa balik modal kalau kontraknya sesingkat itu. Bandingkan, saya pernah mengembangkan PLTBg di Malaysia, dan otoritas listrik di sana membeli listrik dengan kontrak 21 tahun. Tentu saja keekonomiannya beda," paparnya.

Selain itu, ia juga berharap pemerintah mau memberlakukan kembali tarif beli listrik berdasarkan biaya produksi energi baru dan terbarukan (feed in tarriff). Pasalnya, dengan kapasitas yang kecil, Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan biogas masih mahal.

Ia menuturkan, tarif listrik dari PLTBg ini bisa mencapai Rp1.400 per Kilowatt-Hour (KWh) jika perawatannya sedang mahal.

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 50 tahun 2017, pembelian listrik biogas didasarkan pada 85 persen dari BPP regional atau berdasarkan negosiasi jika BPP regional lebih rendah dibanding BPP nasional.

Namun, merunut pada BPP Riau di tahun 2016 sebesar Rp1.349 per KWh, maka seharusnya harga jual maksimal listrik PLTBg terdapat di angka Rp1.146 per KWh atau di bawah tarif listrik PLTBg perusahaan. "Sayang saja sekarang tidak ada lagi feed in tarriff," paparnya.

Meski demikian, Goh tak berkecil hati jika PLN tak membeli listrik dari perusahannya. Sebab, listrik tetap akan digunakan untuk keperluan eksternal, yang dianggap jauh lebih efisien ketimbang tenaga sebelumnya yang menggunakan diesel dan turbin air.

"Kalau dulu mungkin lebih mahal karena kan pakai diesel, harga listriknya kan tergantung fluktuasi harga Solar," pungkas Goh.

Sebagai informasi, saat ini Sinarmas mengelola perkebunan kelapa sawit di Riau seluas 84.755 hektare (ha) yang tersebar di Siak, Kampar, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir. Adapun, pengembangan PLTBg lain juga dilakukan perusahaan di Kampar dengan kapasitas 2x1 MW.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER