Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyebut penurunan bunga kredit pembiayaan (multifinance) masih perlu menunggu turunnya bunga pendanaan dari perbankan.
Pasalnya, porsi pendanaan
multifinance saat ini masih sangat besar dan bergantung pada stimulus dari perbankan.
"Potensi penurunan selalu ada. Kalau perbankan turun, kami pasti turun. Jadi, memang selalu belakangan," ujar Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno, Kamis (14/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun, ruang penurunan bunga pendanaan perbankan memang terbuka lebar. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRR Rate) dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen pada Agustus lalu.
"Tentu kebijakan BI berdampak juga pada kami di industri tapi tidak serta merta BI bilang turun, industri langsung turun. Butuh waktu," terangnya.
Namun, Suwandi belum ingin memproyeksi dampak penurunan bunga kredit pinjaman pada industri
multifinance yang dinilai bisa merangsang pertumbuhan, karena perlu dilihat dari kondisi perekonomian saat ini.
"Tentu turunnya suku bunga itu bisa kalau ekonominya lagi bagus. Tapi kalau daya belinya lagi seperti ini, ya kami harus lihat lagi," imbuhnya.
Pada dasarnya, tak ada angka rerata untuk bunga kredit
multifinance karena bunga kredit per pelaku perusahaan terus bersaing dan disesuaikan dengan segmen dan jenis pinjaman.
Adapun per Januari-Juli 2017, piutang pembiayaan multifinance tumbuh 9,56 persen menjadi Rp406,51 triliun dari Rp371,03 triliun. Pembiayaan ini terdiri dari pembiayaan konvensional Rp373,17 triliun dan pembiayaan syariah Rp33,44 triliun.