Jakarta, CNN Indonesia -- Sekuritisasi aset PT Indonesia Power (IP) dalam bentuk Efek Beragun Aset (EBA) berhasil menarik pelaku pasar hingga mencatatkan kelebihan permintaan (
oversubscribed) hingga 2,7 kali dari target awal, menjadi Rp10,5 triliun.
Direktur Sripeni Inten Cahyani mengatakan, anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN ini menargetkan dana sebesar Rp4 triliun. Aset yang disekuritisasi ini berupa piutang penjualan ketenagalistrikan PLTU Suralaya 1-4.
"Penerbitan EBA ini seiring dengan rencana strategis IP untuk melakukan sekuritisasi EBA sebanyak-banyaknya Rp10 triliun dan akan dilakukan secara bertahap hingga akhir tahun 2018," papar Sripeni, Rabu (20/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan akan menggunakan raihan dana itu untuk sumber pendanaan program pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW).
Dalam hal ini, produk EBA tersebut diterbitkan oleh Danareksa Investment Management sebagai manajer investasi. Kemudian, Bank BRI selaku bank kustodian,
lead arranger dan
selling agent dipegang oleh Danareksa Sekuritas.
Selling agent lainnya, yakni Bahana Sekuritas, BNI Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan BCA Sekuritas.
Lebih lanjut Sripeni mengatakan, IP sedang mengelola operasi dan pemeliharaan 14.826 MW pembangkit yang terdiri dari 8 unit, diantaranya Suralaya, Semarang, Perak Grati, Saguling, Bali, Mrica, Priok, dan Kamojang.
Sekuritisasi aset ini diberi nama EBA Danareksa Inodnesia Power PLN-1 Piutang Usaha (EBA DIPP1). Secara resmi, sekuritisasi tersebut telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini.
Artinya, anak usaha PLN itu menjadi perusahaan kedua yang melakukan sekuritisasi aset setelah PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), yang menggunakan ruas tol Jagorawi sebagai aset yang disekuritisasi.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyambut positif pencatatan tersebut. Ia meyakini, masih ada banyak aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bisa disekuritisasi dan akhirnya berguna untuk mendanai proyek infrastruktur.
"Bu Rini Soemarno (Menteri BUMN) masih punya banyak stok lagi. Tapi jangan lupa
go public juga sahamnya ya," kata Tito.