Jakarta, CNN Indonesia -- Permintaan apartemen di Jakarta diperkirakan kembali meningkat pada 2018 dengan kisaran maksimal 90 persen dari level saat ini 85,6 persen, dipicu sentimen kondisi politik stabil dan ekonomi yang tumbuh melampaui 5,5 persen.
Hasil riset Lembaga konsultan properti Colliers Internasional menyebutkan, permintaan apartemen di Jakarta belum pulih pada tahun ini, tercermin dari tingkat penyerapan (take-up rate) apartemen yang masih tak sebanding dengan banjirnya pasokan.
Berdasarkan data riset Colliers, take up rate apartemen di Jakarta mencapai 85,6 persen pada kuartal III 2017 atau hanya naik 0,7 persen dari kuartal sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara umum, sektor apartemen itu belum pulih kembali (pada 2017)," ujar Senior Associate Director of Research Colliers Ferry Salanto dalam konferensi pers di Gedung WTC I, Jakarta, Selasa (3/10).
Dari sisi pasokan, total unit apartemen di Jakarta diperkirakan mencapai 15.292 unit pada akhir 2017, merosot 28 persen dibandingkan proyeksi sebelumnya. Namun jumlah itu diproyeksi bakal membengkak menjadi 34.043 unit tahun depan.
Ferry mengungkapkan, permintaan untuk apartemen kelas menengah bawah memang terbantu oleh pelonggaran kebijakan uang muka (LTV) dan penurunan suku bunga acuan.
Berdasarkan survei yang dilakukan Colliers beberapa waktu lalu, porsi penjualan apartemen dengan skema kredit pemilikan apartemen (KPA) terus meningkat dari 16 persen terhadap total penjualan pada akhir 2015 menjadi sekitar 32 persen sampai paruh pertama 2017.
"Bagi kelas menengah ke bawah, perhatian utama mereka adalah terkait daya beli, baik untuk memenuhi uang muka maupun mencicil kredit setiap bulan," ujarnya.
Sayangnya, turunnya suku bunga tak efektif untuk membangkitkan minat investor apartemen kelas menengah ke atas karena lebih banyak memperhatikan kondisi makroekonomi dan kestabilan politik.
Padahal, penjualan apartemen banyak dipengaruhi oleh permintaan investor. Indikatornya terlihat dari penjualan apartemen yang sebagian besar berasal dari skema tunai.
Harga Apartemen StagnanPerekonomian yang belum sepenuhnya pulih membuat investor apartemen kelas menengah ke atas lebih berhati-hati dan selektif dalam membeli apartemen. Akibatnya, harga apartemen juga stagnan bahkan cenderung turun.
"Kalau dulu,
capital gain dari setahun sejak pembelian apartemen itu biasanya rata-rata 10 hingga 15 persen. Sekarang, capital gain per tahun tak sampai 5 persen," ujarnya.
Tren biaya sewa apartemen yang terus menurun juga menurunkan minat investor. Pasalnya, turunnya biaya sewa mencerminkan ekspektasi imbal hasil dari investasi pada apartemen tak sebesar sebelumnya.
Turunnya biasa sewa ini tak lepas dari jumlah pasokan apartemen yang terus meningkat di tengah lesunya permintaan sehingga membuat harga sewa menjadi lebih kompetitif. Turunnya permintaan salah satunya banyak dipengaruhi oleh lesunya bisnis minyak dan gas yang membutuhkan tenaga ekspatriat.
Per kuartal III 2017, rata-rata biaya sewa apartemen di kawasan pusat bisnis Jakarta ada di kisaran Rp362.789 per meter persegi per bulan, turun sekitar 1 persen dari kuartal sebelumnya.
Menurut Ferry, permintaan apartmen secara umum mulai pulih tahun depan. Namun, pemulihan itu tak akan berlangsung lama mengingat pada tahun 2019 sudah masuk periode pemilihan presiden yang akan berpengaruh pada kondisi politik. Secara historis, penjualan apartemen akan cenderung turun pada periode pemilihan legislatif atau presiden.