Terdepresiasi Dolar AS, Rupiah Perkasa dari Tiga Mata Uang

CNN Indonesia
Senin, 16 Okt 2017 23:06 WIB
Posisi rupiah secara nasional terdepresiasi dari dolar Amerika Serikat (AS) pada penghujung September lalu, meski perkasa dari tiga mata uang asing lain.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi).
Jakarta, CNN Indonesia -- Posisi rupiah secara nasional terdepresiasi dari dolar Amerika Serikat (AS) pada penghujung September lalu, meski perkasa dari tiga mata uang asing lain seperti, dolar Australia, yen Jepang, dan euro Eropa.

"Sampai minggu keempat September, rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS sebesar 0,23 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di kantornya, Senin (16/10).

Sampai akhir September, BPS mencatat, rupiah bertengger di angka Rp13.352 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terendah terjadi di Sulawesi Utara sebesar Rp13.430 per dolar AS. Sedangkan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai Rp13.185 per dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kendati demikian, rupiah bertengger di angka Rp10.504 per dolar Australia atau mampu menguat 0,5 persen dibandingkan akhir Agustus lalu sebesar Rp10.557.

"Level (penguatan) tertinggi kurs terjadi di Provinsi Papua yang mencapai Rp10.218 per dolar Australia pada minggu keempat September 2017," imbuhnya.

Lalu, dibandingkan euro, rupiah terapresiasi sekitar 0,84 persen. Tercatat, kurs rupiah sebesar Rp15.739 per euro pada penghujung September dibandingkan akhir Agustus Rp15.880 per euro. Adapun penguatan tertinggi terjadi di Papua mencapai Rp15.233 per euro.

Namun, penguatan tertinggi rupiah terjadi pada yen Jepang, yaitu mencapai 1,79 persen, meski nilainya tak sebesar dolar Australia dan euro. Tercatat, kurs rupiah menguat dari Rp121 per yen menjadi Rp118 per yen. Penguatan tertinggi terjadi di NTT mencpaai Rp112 per yen.

Terkait proyeksi pergerakan mata uang sampai akhir Oktober, bahkan hingga akhir tahun, Ketjuk masih enggan memprediksi. Sebab, pergerakan rupiah terhadap empat mata uang asing itu masih terus bergerak fluktuatif. "Karena tidak ada pattern khusus, sehingga perlu investigasi yang lebih komplit," katanya.

Namun, sampai minggu kedua Oktober ini, Ketjuk bilang, rupiah justru melemah di hadapan dolar AS, yen Jepang, dan euro Eropa. "Tapi rupiah terapresiasi terhadap dolar Australia," pungkasnya
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER