Ekonomi Dunia Batasi Ruang Gerak Rupiah

CNN Indonesia
Kamis, 05 Okt 2017 09:51 WIB
Penurunan pertumbuhan ekonomi di China sebesar 0,1 persen, maka pengaruhnya untuk Indonesia mencapai 0,11 persen.
Penurunan pertumbuhan ekonomi di China sebesar 0,1 persen, maka pengaruhnya untuk Indonesia mencapai 0,11 persen. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa waktu dinilai karena faktor eksternal, seperti perekonomian global. Pasalnya, ekonomi nasional masih dianggap relatif sehat.

Andry Asmoro, Ekonom Senior Bank Mandiri mengungkapkan, setiap penurunan pertumbuhan ekonomi di China sebesar 0,1 persen, maka pengaruhnya untuk Indonesia mencapai 0,11 persen. 

Sementara, ekonomi Indonesia akan terkena dampak sebesar 0,5 persen dari setiap penurunan ekonomi Amerika Serikat (AS) sebesar 0,1 persen.

Ia memaparkan, Bank Dunia sendiri memprediksi ekonomi China pada tahun ini turun menjadi 6,5 persen dari tahun sebelumnya, yakni 6,7 persen. Bank Dunia bahkan menilai ekonomi China makin susut pada 2018 nanti menjadi 6,3 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, Bank Dunia meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,1 persen hingga akhir tahun ini dan terus meningkat tahun depan menjadi 5,3 persen.

"Jadi, kalau waktu itu sempat (hampir) Rp13.600 per dolar AS, indikator utamanya kepada faktor eksternal, inflasi domestik September cukup baik 0,13 persen," ujarnya, Rabu (4/10).

Apabila dilihat, nilai tukar rupiah memang sempat mencapai Rp13.542 per dolar AS pada Selasa (3/10) lalu. Sebelum itu, nilai tukar rupiah memang terlihat melemah pada pekan terakhir September.

Lebih rinci, pada 25 September 2017 nilai tukar rupiah masih berada di level Rp13.325 per dolar AS. Angka itu terus melemah hingga ke level Rp13.515 per dolar AS pada 28 September 2017.

Namun demikian, pergerakan nilai tukar rupiah kembali menguat 65 poin atau 0,48 persen pada perdagangan kemarin, Rabu (4/10), sehingga kembali ke level Rp13.477 per dolar AS.

Karena itu, Andry menyebut, belum akan merevisi target pencapaian nilai tukar rupiah hingga akhir tahun ini. Bank Mandiri masih memasang target di level Rp13.400 per dolar AS.

Ia menambahkan, kondisi ekonomi Indonesia kini lebih dipengaruhi oleh AS dibandingkan dengan sebelumnya yang lebih dipengaruhi oleh China dan India. Sementara, Bank Dunia memprediksi tingkat pertumbuhan ekonomi AS cenderung stagnan.

"Mungkin ini yang menimbulkan pasar bereaksi, lalu juga kebijakan rencana kenaikan suku bunga The Fed. Jadi, mungkin kenaikan suku bunga The Fed akan tertahan sampai dengan 2018," pungkas Andry.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER