Jokowi Ramal Inflasi Akhir Tahun di Kisaran 3,7 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 25 Okt 2017 07:33 WIB
Inflasi hingga akhir tahun ini diperkirakan Presiden Joko Widodo ada di kisaran 3,7 persen hingga 3,8 persen atau di bawah asumsi APBNP 2017 sebesar 4,3 persen.
Presiden Joko Widodo mengaku akan terus berupaya menekan inflasi lebih rendah lagi. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo memperkirakan inflasi hingga akhir tahun ini di kisaran 3,7 persen atau 3,8 persen atau dibawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Penyesuaian (APBNP) 2017 sebesar 4,3 persen.

Ia pun mengaku akan terus berupaya menekan inflasi lebih rendah lagi. Pasalnya, jika inflasi bisa dikendalikan, maka daya beli masyarakat akan ikut membaik.

“Di tahun 2014, angka inflasi 8,3 persen, 2015 di angka 3,3 persen, dan 2016 di angka 3,02 persen. Artinya, ini turun terus. 2017 ini perkiraan kami mungkin 3,7 hingga 3,8 persen, di bawah 4 persen,” ujar Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (24/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jokowi menjelaskan, proyeksi inflasi hingga akhir tahun tersebut juga mencakup akumulasi dari inflasi daerah di tingkat I dan II. Mengacu data yang dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), menurut Jokowi, inflasi daerah sudah membaik dan berada di bawah 10 persen. Meski memang menurut dia, ada beberapa yang masih jauh di atas nasional.

Ia mencontohkan, inflasi Kota Tual yang mencapai 9,6 persen dan Bulukumba yang mencapai 8,6 persen. Meski begitu, ada juga daerah yang bisa mengarahkan inflasi ke arah target nasional seperti Singkawang dan Cilegon yang masing-masing berada di angka 4,54 persen dan 4,3 persen.

“Artinya sekarang kepala daerah bisa mengendalikan harga-harga di daerah masing-masing,” imbuhnya.

Menurutnya, pengendalian inflasi di daerah sangat penting agar pertumbuhan ekonomi riil di tingkat regional terjaga kualitasnya. Jokowi menyayangkan jika ada wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang melesat, namun inflasinya juga terbilang melangit.


Apalagi menurutnya, kini banyak sekali daerah tingkat II yang mengalami pertumbuhan ekonomi cukup cemerlang. Kabupaten Banggai, misalnya, diberi rapor baik oleh Jokowi karena berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi 23,5 persen di tahun lalu. Begitu pun Kabupaten Blora, Bojonegoro, dan Morowali yang mencatat pertumbuhan 21,9 persen, 13,18 persen, dan 12,7 persen.

Maka dari itu, ia tak ingin momentum pertumbuhan ekonomi daerah ini dirusak seketika oleh inflasi yang tinggi.

“Bapak-ibu boleh senang tadi di Kabupaten Mimika, misalnya, ada pertumbuhan ekonomi 12 persen. Pertumbuhan tapi kalau inflasi 15 persen tidak ada artinya, tekor keterjangkauan masyarakat membeli sesuatu. Hati-hati namanya inflasi, terutama namanya sembako, hati-hati kita semua harus mengerti permainan pertumbuhan ekonomi dan inflasi, harus mengerti,” pungkasnya.

Badan Pusat Statistik mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi tipis sebesar 0,13 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada September 2017. Sementara itu, inflasi secara tahun kalender (year-t​​o-date/ytd) tercatat 2,66 persen dan secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 3,72 persen.


Inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,03 persen dengan andil sebesar 0,08 persen dan disusul oleh kelompok sandang sebesar 0,52 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,34 persen. Namun, satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi ialah kelompok bahan makanan, yaitu sebesar minus 0,53 persen dengan andil sebesar minus 0,11 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER