Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, pemerintah belum perlu memberikan stimulus jangka pendek untuk memicu pertumbuhan industri ritel yang tengah diisukan melesu.
Darmin melihat, pertumbuhan ritel saat ini hanya mengalami sedikit pergeseran, dan belum dalam tahapan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, menurut dia, antisipasi pelemahan masih bisa diatasi oleh para pelaku ritel.
"Stimulus jangka pendek rasanya tidak perlu karena sebenarnya mereka tetap jalan, hanya ada perubahan sedikit saja, tapi biar mereka berproses. Jadi, biarkan pebisinis yang mengantisipasi," ujar Darmin kepada CNNIndonesia.com, Rabu (25/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun ia menambahkan, pergeseran yang terjadi pada industri ritel berasal dari sisi bisnis proses dan teknologi yang digunakan. Dengan demikian, perusahaan ritel seharusnya masih bisa menangani kedua hal tersebut.
Lebih lanjut, Darmin juga melihat pelemahan ritel saat ini belum pula memberi kekhawatiran berlebih pada indikator konsumsi masyarakat hingga dampaknya pada pertumbuhan ekonomi. "Tidak langsung ke konsumsi," kata Darmin.
Sayang, ia belum bisa mengelaborasi lebih jauh hasil analisanya itu. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, pemicu lemahnya ritel lantaran terkena imbas dari digitalisasi.
Hal ini membuat masyarakat lebih gemar berbelanja secara online melalui
e-commerce dibandingkan belanja di toko fisik, sehingga memberi sentimen negatif pada ritel hingga beberapa gerai mulai tutup pada tahun ini.
Namun, analisa itu rupanya masih perlu diperdalam olehnya dengan turut melihat imbas digitalisasi ke sektor lain. Sehingga, bisa didapat dengan akurat alasan pelemahan ritel tersebut. Bila telah ditemukan, barulah pemerintah bisa mengambil penyesuaian kebijakan.
Pada tahun ini, beberapa peritel, seperti Lotus Department Store, Debenhams, Ramayana, Matahari Department Store, hingga 7-Eleven menutup gerainya.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) melihat bahwa pemerintah perlu memberikan stimulus kepada dunia ritel, misalnya keringanan pada komponen beban operasional hingga stimulus seperti tingkat suku bunga acuan yang rendah dari Bank Indonesia (BI).
"Kalau bunga acuan turun, 3-4 bulan ke depan bank akan menyesuaikan. Kredit usaha semakin murah, ini dorongan yang sangat kami butuhkan. Kami harapkan, ada dorongan-dorongannya menyusul," kata Ketua Aprindo Roy Mandey beberapa waktu lalu.