Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah bergerak variatif pada penutupan perdagangan Rabu (25/10). Namun, sentimennya berasal dari peningkatan persediaan minyak Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent naik tipis US$0,11 per barel atau sekitar 0,18 persen menjadi US$58,44 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah US$0,29 per barel atau 0,6 persen sekitar US$52,18 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Informasi Energi AS menyebut, persediaan minyak mentah AS naik 856 ribu barel dalam sepekan sampai 20 Oktober lalu.
Stok tersebut melambung tajam dari capaian produksi ladang minyak AS yang sebelumnya dihantam Badai Nate dan impor tinggi.
Bahkan, angka ini mematahkan prediksi para analis yang memproyeksi persediaan minyak mentah AS justru menurun hingga 2,6 juta barel.
Selain itu, data juga menunjukkan bahwa persediaan bensin dan minyak penyulingan turun lebih dari 5 juta barel dengan tingkat utilisasi kilang yang naik 3,3 persen.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS rupanya juga meningkat menjadi 9,5 juta barel per hari (bph) dalam seminggu terakhir.
Sedangkan angka ekspor minyak rata-rata mencapai 1,7 juta bph selama empat minggu terakhir, ini tertinggi yang pernah ada.
"Tekanan Arab Saudi untuk menyeimbangkan pasar, bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah, akan tetap mendukung harga minyak," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energy Global Gas Analytics, London, seperti dikutip dari
Reuters, Kamis (26/10).
Namun, dia menambahkan, kenaikan produksi minyak di AS dan ekspor yang terus berlanjut dari negara tersebut akan menjadi faktor bearish utama.
Sebelumnya, Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan bahwa negaranya fokus untuk mengurangi pasokan minyaknya ke negara-negara industri dari nilai rata-rata ekspor mereka selama lima tahun terakhir.
Pernyataan ini turut memberi sinyal bahwa perpanjangan pembatasan produksi minyak oleh Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan Non OPEC akan berlanjut.
Tercatat, pemangkasan produksi OPEC dan Non OPEC telah mencapai 1,8 juta barel per hari (bph) sejak Januari. Kesepakatan itu pun akan berjalan sampai Maret 2018 dan sinyalnya akan kembali diperpanjang untuk menjaga harga.
Sementara itu, kepastian perpanjangan pembatasan itu sendiri baru akan kembali dibahas pada pertemuan di Wina, Austria pada 7 November mendatang.
(lav)