Gapki Klaim CPO Paling Ampuh Penuhi Kebutuhan Minyak Nabati

CNN Indonesia
Kamis, 02 Nov 2017 17:06 WIB
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengklaim ketersediaan minyak sawit mentah paling ampuh memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengklaim ketersediaan minyak sawit mentah paling ampuh memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman).
Nusa Dua, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengklaim ketersediaan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) paling ampuh memenuhi kebutuhan minyak sayur dunia yang terus meningkat, seiring bertambahnya populasi penduduk dunia.

Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono mengatakan, berdasarkan studi LMC International, populasi penduduk dunia akan meningkat menjadi 8 miliar orang pada 2020 mendatang. Ini berarti dibutuhkan sekitar 50 juta ton minyak sayur di dunia.

"Pertanyaannya, bagaimana kita memenuhi kebutuhan ini? Artinya, butuh penambahan lahan untuk hasilkan minyak tersebut," ucap Joko dalam agenda 13th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2018 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis (2/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sayangnya, sambung Joko, penambahan lahan atau ekstensifikasi tak bisa menjadi satu-satunya solusi karena persediaannya yang terbatas. Belum lagi, lahan yang tersedia tak bisa digunakan untuk menghasilkan beraneka ragam minyak sayur.

Untuk itu, lahan yang ada perlu diprioritaskan untuk menanam komoditas unggulan yang paling efisien dengan produktivitas besar guna menutup kebutuhan minyak sayur dunia, yaitu kelapa sawit.

Menurut dia, jika lahan digunakan untuk menghasilkan minyak bunga matahari (sunflower oil), maka dibutuhkan tambahan lahan sekitar 70,4 juta hektar. Sedangkan bila lahan digunakan untuk menghasilkan minyak kedelai (soybean oil), maka dibutuhkan tambahan lahan yang lebih luas mencapai 96 juta hektar.


"Tetapi kalau menanam kelapa sawit, hanya membutuhkan sekitar 12,6 juta hektar lahan untuk perkebunan baru," kata Joko.

Bahkan, ia mengklaim kebutuhan lahan bisa lebih kecil bila ada peningkatan produktivitas lahan sawit, misalnya dengan melakukan peremajaan perkebunan (re-planting).

"Kalau produktivitas sawit bisa meningkat rata-rata 8 juta ton CPO per hektar per tahun, maka hanya perlu penambahan lahan sekitar 6 juta hektar saja," imbuhnya.

Oleh karenanya, Joko berharap agar dunia usaha bisa lebih realistis untuk memilih komoditas kelapa sawit yang menghasilkan CPO untuk menutup kebutuhan minyak sayur dunia.

Selain itu, ia berharap agar semua pemangku kepentingan di industri kelapa sawit bisa bersama-sama menggencarkan peningkatan produktivitas perkebunan dengan melakukan re-planting dan kemitraan dengan petani kecil (small holder).

"Pemerintah dan pengusaha harus sangat serius untuk meningkatkan kerja sama dengan petani kecil dan meningkatkan produktivitas," tuturnya.

Gapki memperkirakan produksi minyak sawit sampai akhir 2017 bisa mencapai 36,5 juta ton atau tumbuh sekitar 5,79 persen dari tahun lalu sebesar 34,5 juta ton. Produksi tahun lalu terbagi atas 31,5 juta ton CPO dan 3 juta ton minyak kelapa sawit kernel (Palm Kernel Oil/PKO).

"Untuk ekspor produk kelapa sawit bisa mencapai 30 juta ton tahun ini atau meningkat 20 persen dibandingkan tahun lalu. Dengan angka produksi itu, ekspor Indonesia sudah meningkatkan dirinya sebagai eksportir terbesar dan produksi terbesar di dunia," pungkasnya.



LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER