Orang Kaya Paling Banyak Manfaatkan Promo Harga untuk Belanja

Agustiyanti | CNN Indonesia
Sabtu, 04 Nov 2017 18:05 WIB
Menurut survei Nielsen, promo harga ternyata paling banyak mempengaruhi masyarakat kelompok atas atau orang-orang kaya dalam berbelanja barang konsumsi kemasan.
Menurut survei Nielsen, promo harga ternyata paling banyak mempengaruhi masyarakat kelompok atas atau orang-orang kaya dalam berbelanja barang konsumsi kemasan. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Promo harga ternyata paling banyak mempengaruhi masyarakat kelompok atas atau orang-orang kaya dalam berbelanja barang konsumsi kemasan (Fast Moving Consumer Growth/FMCG).

Berdasarkan survei Nielsen, kelompok masyarakat atas paling banyak mendapatkan manfaat dari aktivitas promosi yang dilakukan oleh peritel. Hal tersebutlah yang membuat kenaikan pengeluaran kelompok masyarakat pada paruh pertama tahun ini untuk barang konsumsi hanya naik 4,7 persen. Padahal, volume belanjanya mengalami kenaikan 3,1 persen.

"Mereka ini kan punya cash yang banyak, jadi mereka bisa lebih mengatur siasat dan berbelanja kalau promo. Jadi memang kelas atas ini paling rasional dalam berbelanja," ujar Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin kepada CNNIndonesia.com, Jumat (4/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah kelompok atas, menurut dia, promo harga banyak dimanfaatkan oleh kelompok menengah. Sedangkan promo harga, paling tidak dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat bawah.

Berdasarkan data Nielsen, kelompok masyarakat menengah mencatatkan kenaikan pengeluaran untuk FMCG sebesar 7 persen dengan kenaikan volume belanja sebesar 3,7 persen. Sedangkan kelompok bawah mengalami kenaikan pengeluaran belanja sebesar 4,8 persen. Namun, volume belanjanya menurun sebesar 0,4 persen.

Menurut Agus, masyarakat kelompok bawah kemungkinan mengurangi volume belanjanya sering tekanan biaya hidup yang makin tinggi dan menggerus daya belinya terhadap produk FMCG.

Akibatnya, sebagian masyarakat kelompok menengah bawah memilih untuk mengubah pola konsumsinya dengan membeli barang konsumsi ukuran lebih kecil atau saset guna menghemat kebutuhan barang konsumsi.

Ini, menurut Agus, terlihat dari nilai penjualan produk susu bubuk yang secara volume naik hingga mencapai 13 persen. Padahal, secara nilai penjualan tidak mengalami pertumbuhan.

Penjualan barang konsumsi kemasan pada tahun ini bisa dibilang tak menggembirakan. Pertumbuhannya sepanjang tahun ini (year to date/ytd) hingga September, hanya mencapai 2,7 persen. Padahal, industri ini biasanya tumbuh dikisaran 11 persen setiap tahunnya. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER