Pengusaha RI-China Duduk Bareng Rumuskan Strategi Ekspor Kopi

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Senin, 13 Nov 2017 12:22 WIB
Ekspor kopi Indonesia ke China mencapai US$34,1 juta. Namun, pencapaian ini masih kalah ketimbang ekspor kopi dari Vietnam.
Ekspor kopi Indonesia ke China mencapai US$34,1 juta. Namun, pencapaian ini masih kalah ketimbang ekspor kopi dari Vietnam. (REUTERS/Y T Haryono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Delapan pelaku usaha Indonesia duduk bersama para pengusaha China merumuskan strategi peningkatan ekspor kopi. Pertemuan itu ikut melibatkan Asosiasi Pengusaha Indonesia di China Selatan (SCIBA) dan Asosiasi Pakar Kopi Indonesia (SCAI), serta pengusaha dari Guangzhou, Shanghai, dan Hong Kong.

"Kami berinisiatif mengumpulkan mereka agar dapat mencapai rumusan meningkatkan ekspor kopi Indonesia ke Tiongkok," imbuh Konsul Jenderal RI di Guangzhou Ratu Silvy Gayatri, mengutip ANTARA, Senin (13/11).

Ia menyebut, pada Januari-September 2017, ekspor kopi Indonesia ke China mencapai US$34,1 juta. Pencapaian itu menempatkan Indonesia pada peringkat kedua sebagai negara eksportir kopi ke China, setelah Vietnam yang sukses mengekspor hingga US$368,8 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, Silvy meyakini, ekspor kopi Indonesia mampu mengejar Vietnam. Hal ini dikarenakan, kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas unggulan.

"Bersama Brasil, Vietnam, dan Kolombia, Indonesia merupakan satu dari empat negara penghasil kopi terbesar di dunia," katanya.

Peluang lain, pertumbuhan konsumsi kopi per kapita di China terus meningkat antara 15 persen hingga 30 persen per tahun. Padahal, peningkatan konsumsi kopi rata-rata di dunia hanya 2,3 persen per tahun.

KJRI Guangzhou memproyeksi, pada 2020 mendatang, nilai industri kopi di daratan China akan mencapai 300 miliar RMB atau sekitar Rp600 triliun.

"Hal ini dipicu oleh perubahan gaya hidup masyarakat China. Generasi muda semakin menggemari kopi sebagai gaya hidup baru yang dinilai modern," terang Silvy.

Di sisi lain, lanjutnya, produksi kopi China yang berpusat di Yunnan dan Hainan tidak mampu memenuhi tingginya permintaan kopi domestik sehingga impor kopi menjadi keharusan.

"Kami yakin bahwa peluang tersebut hanya dapat diperoleh manfaatnya secara maksimal jika pemerintah sebagai fasilitator dan pelaku usaha kopi dapat saling bersinergi dan bekerja sama," ujarnya.

Ketua SCIBA Tjin Pek Yan menyampaikan bahwa untuk mencapai hasil maksimal ekspor kopi ke China, Indonesia harus memfokuskan diri pada kopi jenis arabika, mengingat petani di Indonesia memiliki lahan perkebunan kopi yang relatif kecil, sekitar 1 hektare hingga 2 hektare.

Padahal, menurut pengusaha asal Bandung, Jawa Barat, yang sudah 17 tahun membuka usaha di China itu, negara-negara lain, seperti Vietnam, Brasil, dan Kolombia memiliki perkebunan yang jauh lebih luas dan dikelola dalam skala industri besar.

"Kami perlu lebih fokus menjual produk kopi berkualitas dengan harga premium. Kopi asal Panama, misalnya, dengan fokus penjualan kopi kelas premium, harga per pound di sini bisa mencapai US$20, sementara kopi dari Indonesia sekitar US$2," jelas Pek Yan.

Ketua Pembina SCAI Delima Hasri Darmawan mendorong para pedagang dan petani di Indonesia dapat bekerja sama untuk menghasilkan kopi yang berkualitas. "Pedagang harus turun ke bawah untuk membina dan membimbing para petani agar kualitas kopinya terjaga," tutur dia.

Berbeda dengan Jason, importir kopi Indonesia asal China menyarankan agar Indonesia mengekspor kopi jenis robusta dalam bentuk kemasan.

"Kalau Indonesia menjual kopi robusta dalam bentuk bijian ke China sangat sulit bersaing dengan Vietnam yang mampu menjual kopi jenis serupa dengan harga yang jauh lebih murah," ungkapnya. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER