Jakarta, CNN Indonesia -- Ketidakmerataan pertumbuhan kekayaan di dunia semakin tajam setelah krisis keuangan satu dekade silam.
Hal itu tercantum dalam laporan bertajuk 'Global Wealth Report 2017: Where Are We 10 Years after the Crisis' yang dirilis oleh Credit Suisse Research Institute (CSRI), Rabu (15/11).
Dalam laporan disebutkan, sebanyak 1 persen teratas pemegang kekayaan global menggenggam hingga 50,1 persen dari total kekayaan dunia. Persentase itu meningkat dari semula hanya 45,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sisa warisan negatif dari krisis keuangan adalah pembagian kekayaan yang tak merata, dan telah terjadi di semua belahan dunia sejak 2007," ungkap Michael O'Sullivan, CIO untuk International Wealth Management Credit Suisse dalam keterangan tertulis di laman resmi perusahaan, Rabu (15/11).
Dalam kurun setahun, kenaikan kekayaan yang signifikan terlihat di seluruh dunia. Tak hanya didorong oleh pasar ekuitas yang kuat, tetapi juga peningkatan kekayaan non-finansial yang substansial. Ini menandakan dunia kembali ke pola pertumbuhan sebelum krisis.
Laporan tersebut menjelaskan, pertumbuhan kekayaan dunia memang kembali berlanjut sesaat setelah krisis, dan berhasil mengatasi kerugian yang dialami. Namun sayangnya, laju pertumbuhan rata-rata kurang dari separuh tingkat sebelum krisis.
Prospek kekayaan 5 tahun mendatang
Masih menurut laporan Credit Suisse, kekayaan global akan terus tumbuh pada kecepatan yang sama hingga lima tahun ke depan dan diperkirakan mencapai US$341 triliun pada 2022.
Prospek kalangan atas lebih optimis dibanding kalangan menengah bawah dalam piramida kekayaan yang kurang dari US$10.000 per orang. Kalangan atas diperkirakan meningkat 22 persen dari 36 juta orang menjadi 44 juta pada 2022, sedangkan kelompok bawah yang menempati tingkat terendah piramida diperkirakan hanya menyusut 4 persen.
Negara ekonomi berkembang diperkirakan menghasilkan kekayaan dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan negara maju, dan berpotensi meraih 22 persen saham dalam kekayaan global dalam lima tahun ke depan. Tak mengherankan, kontribusi terkuat diperkirakan dari China dengan kisaran angka mencapai US$10 triliun, naik 33 persen.
(lav/bir)