Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyebut, inflasi yang rendah tak mampu secara instan mendorong daya beli atau konsumsi masyarakat yang tengah lesu. Hingga kuartal III 2017, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat 4,93 persen, melemah dari kuartal II 2017 sebesar 4,95 persen.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, masih ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi daya beli dan konsumsi masyarakat. Faktor tersebut, antara lain kondisi pertumbuhan ekonomi global dan domestik.
"Inflasi rendah memang seharusnya bisa meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat. Tapi itu juga bergantung pada pertumbuhan dan keadaan ekonomi," ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (16/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, Perry bilang, inflasi rendah merupakan salah satu hal yang bisa diupayakan BI dan pemerintah. Ia berharap daya beli dan konsumsi dapat merangsang tumbuhnya daya beli dan konsumsi, meski hasilnya tak terasa instan.
Adapun per Oktober 2017, inflasi berada di angka 0,01 persen secara bulanan
(month-to-month/mtm), sebesar 2,67 persen secara tahun kalender
(year-to-date/ytd), dan sebesar 3,58 persen secara tahunan
(year-on-year/yoy).Perry menjelaskan, kondisi perekonomian global baru mulai membaik, terlihat dari revisi ke atas pertumbuhan ekonomi beberapa negara, misal Jepang, China, dan Eropa. Demikian pula dengan perekonomian domestik yang turut pulih dan terus menunjukkan sinyal positif ke arah perbaikan. Kendati demikian, Perry menekankan, dampak perbaikan ini tak bisa insatn.
Selain kondisi tersebut, melemahnya konsumsi rumah tangga antara lain juga dipengaruh pengiriman uang (remitansi) Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menurun drastis pada 2015-2016 lalu. Tren penurunan remitansi TKI pun masih berlanjut hingga kini.
"Karena harga komoditas turun dan juga ada kebijakan moratorium (TKI), hal ini membuat pertumbuhan remitansi yang bisa mencapai 20 persen pada 2015, menurun menjadi 12 persen pada kuartal IV 2016," katanya.
Namun, Perry mengklaim, konsumsi masyarakat sebenarnya sudah mulai terangkat, meski sebarannya belum merata pada semua sektor. Ia mencontohkan penjualan sepeda motor dan mobil yang meningkat, serta ritel yang masih positif.
"Penjualan motor di kuartal III 2017 tumbuh 18,1 persen. Penjualan mobil tumbuh 7,8 persen. Lalu, industri ritel masih tumbuh 5,6 persen," kata Perry.
Khusus untuk ritel, Perry bilang, pertumbuhan ritel kelompok makanan dan minuman serta ritel pakaian masing-masing masih tumbuh 10 persen. "Yang turun itu ritel komunikasi, peralatan rumah tangga, dan durable goods, seperti alat elektronik, mebel, dan segala macam," terangnya.
(agi/agi)