Penguatan Dolar Tekan Harga Minyak Dunia

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 21 Nov 2017 06:55 WIB
Harga minyak mentah AS melemah selama dua minggu terakhir dan telah turun 2,6 persen, setelah sempat mencapai harga tertinggi pada awal November.
Harga minyak mentah AS melemah selama dua minggu terakhir dan telah turun 2,6 persen, setelah sempat mencapai harga tertinggi pada awal November. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- JAKARTA--Harga minyak dunia merosot pada penutupan perdagangan Senin (20/11) waktu Amerika Serikat, melanjutkan pelemahan yang terjadi menjelang pertemuan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada pekan depan. Pelemahan tersebut disebabkan 

Harga minyak mentah Brent berjangka LCOc1 turun 84 sen atau 1,4 sen menjadi US$61,86, sedangkan harga minyak mentah West Coast Intermediate (WTI) berjangka AS turun 70 sen atau 1,2 persen menjadi U$ 55,85 per barel. Harga minyak mentah AS mengalami tekanan selama dua minggu terakhir dan telah turun 2,6 persen, setelah sempat mencapai harga tertinggi pada awal November.

Dikutip dari Reuters, Organisasi Negara Pengekspor Minyak, bersama dengan sekelompok produsen non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia, telah menahan produksi sejak awal tahun ini untuk menurunkan persediaan global dan mendorong harga.

Kesepakatan tersebut akan berakhir pada Maret 2018. OPEC pun dijadwalkan bakal mengadakan pertemuan pada 30 November untuk membahas kebijakan tersebut. Harapannya adalah agar kesepakatan diperpanjang hingga akhir tahun depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dipercaya secara luas bahwa OPEC bersama 10 negara non-OPEC akan menggulirkan produksinya untuk keseluruhan tahun 2018, meskipun Rusia memegang kartunya," kata Ahli Strategi PVM Oil Associates Tamas Varga.

OPEC pekan lalu memperkirakan permintaan untuk minyak mentahnya tahun depan bakal meningkat sebesar 460.000 barel per hari (bpd) menjadi 33,42 juta barel per hari. Ini berbeda dengan perkiraan dari Badan Energi Internasional (IEA) yang memperkirakan terjadi penurunan 320.000 bpd menjadi 32,38 juta barel per hari.

Dolar AS bergerak menguat tadi malam dan menekan harga komoditas, termasuk minyak. Mata uang AS tersebut menguat terhadap Euro seiring berita bahwa Jerman gagal membentuk koalisasi pemerintah, sehingga menambah ketidakpastian politik di negara Uni Eropa. Dolar AS menguat 0,4 persen terhadap Euro.

Harga minyak memang sering berbanding terbalik dengan dolar AS. Ini disebabkan, minyak ditransaksikan dalam dolar AS sehingga dolar AS yang lebih kuat secara teritoris membuat minyak lebih mahal untuk pembeli global. Relasi itu tidak konsiten, tetapi reaksi yang tajam pada dolar AS akan berefek pada komoditas, dan sebaliknya.

Tingginya spekulasi harga minyak dunia saat ini juga berdampak pada potensi pergerakan ke bawah. Data CFTF minggu lalu juga mencatat posisi beli (long) pada bahan bakar minyak Reformulated Gasoline Blendstock for Oxygen Blending (RBOB) berjangka, menunjukkan tingginya posisi spekulasi pada kontrak energi.

"Karena posisi (long) tersebut, (pasar) jadi rentan terhadap aksi ambil untung, dan orang mulai keluar ketika dolar AS mulai naik," ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.

Manajer uang di pasar Brent, memangkas posisi net beli mereka untuk pertama kalinya dalam sebulan, sebesar 5 ribu lot menjadi 537.557. Mereka juga menambah 4.793 lot di posisi jual - lebih dari kapan pun sejak 3ICELCOMSHT pada akhir Juni.

Kendali demikian, posisi net beli masih dalam pandangan berdasarkan catatan minggu lalu yang sebesar 543.069 lot. Dengan demikian, jika keputusan OPEC mengecewakan investor yang lebih meyakini harga bakal naik (bullish), potensi penjualan setelah pertemuan OPEC bakal lebih tinggi. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER