Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap tren kenaikan harga minyak dunia bisa mendongkrak realisasi investasi hulu minyak dan gas bumi (migas) tahun depan.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Ego Syarial mengungkapkan merosotnya harga minyak berimbas pada turunnya kegiatan investasi di sektor hulu migas. Pelaku usaha hulu migas menunda realisasi investasi, baik untuk kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi.
Ego menyebutkan, hingga awal Oktober realisasi investasi hulu migas baru mencapai US$6,4 miliar. Padahal, tahun ini, pemerintah menargetkan realisasi investasi hulu migas mencapai US$13,8 miliar. Artinya, meskipun kurang dari tiga bulan, realisasi investasi hulu migas baru sekitar 47 persen dari target.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau melihat tren harga minyak yang sudah mulai naik, kami harapkan bisa mendongkrak kegiatan hulu migas ke depan," ujar Ego di kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kamis (16/11).
Sebagai catatan, pada Juli 2017, harga minyak WTI sempat menyentuh US$42,53 per barel. Namun, pada bulan ini harganya telah berada di kisaran US$55 per barel. Hal sama juga terjadi ada harga minyak Brent di mana pada pertengahan tahun sempat berada di level US$45 per barel dan bulan ini sudah ada di kisaran US$60 per barel.
Realisasi investasi hulu migas sendiri terus turun dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), investasi hulu migas pada 2014 mencapai US$20,38 miliar. Kemudian, tahun 2015 merosot menjadi US$15,34 miliar dan tahun lalu hanya di kisaran US$12 miliar.
Tahun depan, lanjut Ego, pemerintah berharap investasi hulu migas setidaknya bisa mencapai US$13,5 miliar. Melihat realisasi hingga awal Oktober, target itu kemungkinan bakal lebih tinggi dari realisasi investasi hulu migas tahun ini.
"Kami mengharapkan, di awal tahun 2018, kegiatan investasi hulu migas bakal menarik lagi," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengungkapkan masih rendahnya realisasi investasi ini disebabkan oleh banyaknya investasi yang tertunda.
Untuk kegiatan eksplorasi, beberapa penundaan disebabkan karena Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kekurangan uang. Sementara dari sisi eksploitasi, tertundanya beberapa investasi disebabkan karena proses pengadaan yang mundur.
(agi)