Harga Minyak Mentah AS Tembus Rekor

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 27 Nov 2017 07:16 WIB
Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai titik tertingginya dalam lebih dari dua tahun terakhir pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (24/11).
Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai titik tertingginya dalam lebih dari dua tahun terakhir pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (24/11). (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai titik tertingginya dalam lebih dari dua tahun terakhir pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (24/11). Hal itu berkat berhentinya operasi sebuah pipa minyak dari Kanada ke AS yang bakal mengurangi pasokan minyak.

Harga minyak mentah AS berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,93 atau 1,6 persen menjadi US$58,95 per barel. Secara volume, perdagangannya pada akhir pekan lalu tipis mengingat libun perayaan Thanksgiving di AS.

Selanjutnya, harga minyak acuan Brent juga naik US$0,31 atau 0,49 persen menjadi US$63,86 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sebelumnya, pipa minyak Keystone milik TransCanada Corp berhenti operasional sejak 16 November lalu pasca ditemukan kebocoran di Dakota Selatan, AS. Pipa ini dialiri minyak 590 ribu barel per hari dari lapangan minyak Alberta di Kanada ke kilang-kilang minyak di AS.

Masih belum jelas kapan pipa ini kembali beroperasi, tetapi pipa ini menanggung porsi aliran mentah yang besar ke Cushing, Oklahoma, titik pengantaran minyak mentah berjangka WTI. Artinya, berhentinya operasinya bakal memangkas pasokan ke fasilitas penyimpanan.

"Kami berekspektasi bahwa penarikan di Cushing bakal terus terjadi, yang akan membuat pasar WTI menjadi backwardation. Tetapi capaian tersebut dapat menurun dalam seminggu, sejak hari ini, jika Rusia mengatakan mereka tidak ingin mengikuti apapun kesepakatan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Atau, kita mendapatkan keluhan dari Irak atau Iran," ujar perwakilan Tyche Capital Advisors Tarq Zahir.


Pasar global juga telah mengetat pasca pemangkasan produksi minyak sebesar 1,8 juta barel per hari sejak Januari 2017 yang dilakukan oleh OPEC, Rusia, dan beberapa negara produsen minyak lain.

Negara anggota OPEC akan mengadakan pertemuan pada 30 November mendatang dan diperkirakan bakal memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi minyak yang sedianya bakal berakhir pada Maret 2018. Sementara, sinyal Rusia untuk mendukung rencana perpanjangan itu masih belum jelas.

"Dengan mayoritas anggota OPEC mendukung perpanjangan, dukungan Rusia menjadi risiko kunci," ujar Kepala Riset Minyak UBS JOn Rigby dalam catatannya.

Rigby mengungkapkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Oktober lalu mengindikasikan bahwa Rusia mendukung perpanjangan kesepakatan hingga akhir 2018, namun berbagai komentar dari pemerintah dan media lokal telah menimbulkan ketidakpastian.


JP Morgan mengatakan keputusan mengenai perpanjangan dalam pertemuan OPEC dapat tertunda hingga tahun depan jika harga minyak Brent tetap terjaga di atas US$60 per barel.

Namun demikian, kenaikan produksi minyak AS telah menahan kenaikan harga minyak mengingat pasokannya mampu mengisi kekosongan produksi yang diciptakan oleh OPEC dan sekutunya.

Tercatat, produksi minyak AS melonjak 15 persen sejak pertengahan 2016 mencapai 9,6 juta barel per hari berkat pengeboran minyak shale besar-besaran. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER