Jakarta, CNN Indonesia -- Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia menyatakan, erupsi Gunung Agung sejauh ini hanya mempengaruhi navigasi udara Bali dan berpotensi mengganggu penerbangan di Lombok saja.
Direktur Operasional AirNav Wisnu Darjono mengatakan, ruang udara di wilayah Indonesia lainnya masih aman dari abu Gunung Agung. Kendati demikian, kondisi aman akan terjadi jika arah angin masih tetap berhembus ke selatan dan erupsi yang lebih besar tidak muncul.
Menurut pantauan AirNav, angin kemungkinan besar paling jauh hanya mengarah ke tenggara, dan diperkirakan hanya berimbas pada navigasi udara Nusa Tenggara Barat saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Jika memang erupsinya sudah berhenti dan anginnya tetap sesuai saat ini, maka dalam enam hingga tujuh jam abu vulkanis mengarah ke selatan. Namun, jika erupsi masih berlangsung, maka selama 24 jam abunya akan mengganggu penerbangan ke Bali. Kalau anginnya ke tenggara, maka akan mempengaruhi Lombok,” papar Wisnu kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/11).
Maka dari itu, sejauh ini, penumpang pesawat dengan tujuan dekat dua bandara tersebut tak perlu risau.
Meski demikian, AirNav masih tetap memantau potensi-potensi yang terjadi selanjutnya sesuai data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
“Karena variabel yang menentukan terganggu atau tidaknya penerbangan adalah arah angin dan besaran erupsi,” ujarnya.
Sejauh ini, AirNav telah menerbitkan Notice to Airmen (NOTAM) nomor A4242/17 tentang penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai pada pukul 07.00 WITA. Akibat penutupan tersebut, sebanyak 40 hingga 50 penerbangan yang seharusnya lepas landas maupun mendarat dibatalkan dalam kurun tiga jam.
Menurutnya, sebagian besar pesawat yang mendarat dialihkan ke bandara alternatif seperti bandara Juanda di Surabaya, bandara Komodo di Labuan Bajo, bandara Sultan Hasanuddin di Makasar, dan bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan. Hanya saja, ia masih mengumpulkan data jumlah pesawat yang dialihkan ke masing-masing bandaranya.
“Di Ngurah Rai sendiri ada 30-an pesawat yang take off dan landing per jamnya. Mungkin saat ini sudah ada 40 hingga 50 pesawat. Tapi, sudah ada alternatif bandara yang terdekat seperti Surabaya, Labuan Bajo, Balikpapan, dan Makasar,” pungkasnya.
(gir)