Pendapatan Bali Terancam Susut Rp2,47 T Akibat Gunung Agung

Lavinda | CNN Indonesia
Rabu, 22 Nov 2017 20:18 WIB
Jika terjadi erupsi dalam jangka waktu panjang, yaitu hingga tiga bulan, pertumbuhan ekonomi Bali 2017 diperkirakan hanya tumbuh pada kisaran 3,8-4,2 persen.
Jika terjadi erupsi dalam jangka waktu panjang, yaitu hingga tiga bulan, pertumbuhan ekonomi Bali 2017 diperkirakan hanya tumbuh pada kisaran 3,8-4,2 persen. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia -- Provinsi Bali berpotensi kehilangan pendapatan hingga Rp2,47 triliun, terutama dari sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Pulau Dewata, jika Erupsi Gunung Agung terjadi dalam waktu dekat.

Berdasarkan laporan simulasi bertajuk 'Dampak Pergerakan Aktivitas Gunung Agung terhadap Ekonomi Bali', jika terjadi erupsi dalam jangka waktu panjang, yaitu hingga tiga bulan, pertumbuhan ekonomi Bali 2017 diperkirakan hanya tumbuh pada kisaran 3,8-4,2 persen dalam perhitungan tahunan (year on year/YoY). 

Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang berada di atas level 6 persen.

"Bencana Gunung Agung berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Ada potensi kehilangan 1,2 juta wisatawan sepanjang kuartal IV 2017 dengan potensi pendapatan yang hilang mencapai Rp2,47 triliun," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu(22/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Bali sebagian besar ditopang oleh sektor yang terkait dengan pariwisata, yakni mencapai 50 persen. Antara lain, sektor akomodasi/perhotelan, makanan dan minuman berkontribusi sebanyak 20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), sektor transportasi 16 persen, sisanya sektor pertanian.

Pada akhirnya, pendapatan perkapita Bali berpotensi menyusut, indeks pembangunan manusia (IPM) juga kemungkinan turun. Di sisi lain, tingkat kemiskinan dan gini rasio diperkirakan meningkat.

Dalam jangka menengah praerupsi, kinerja ekonomi Bali 2017 diperkirakan hanya tumbuh 5,25-5,65 persen atau menurun dari perkiraan sebelumnya yang melebihi 6 persen.

Erupsi juga bisa berdampak pada melemahnya pertumbuhan industri perdagangan, dan ekspor. Pasokan komoditas strategis dari Karangasem, seperti cabai, daging, dan telur akan terganggu, sehingga mengakibatkan inflasi naik.

Tak hanya itu, pasokan pasir dan batu koral juga akan terganggu, sehingga berpengaruh terhadap kegiatan konstruksi dan pergerakan harga rumah.

"Kalau terjadi penurunan berbagai sektor industri, berarti ekonomi bisa lesu. Apalagi, kalau bandara benar-benar ditutup, ekonomi Bali semakin lemah," tutur dia.

Causa mengestimasi, penutupan operasional bandara selama tiga bulan akan mengakibatkan PT Angkasa Pura I (Persero) berpotensi kehilangan pendapatan hingga Rp4 miliar per hari.

Kendati demikian, ia mengimbau para pendatang tak perlu khawatir dengan kondisi alam yang terjadi di Pulau Dewata. Pasalnya, Pemerintah Provinsi Bali telah berupaya mengantisipasi dan menangani berbagai dampak yang bisa saja terjadi sebelum, ketika, dan setelah bencana terjadi.

Terlebih, lokasi Gunung Agung terbilang jauh dari pusat pariwisata yang ada di wilayah Selatan Bali.

Batal Melancong

Dalam jangka pendek praerupsi, sebanyak 44 hotel dan villa di Bali menginformasikan terjadinya pembatalan kedatangan tamu pada kuartal keempat 2017. Pada saat yang sama, sebanyak 2.535 wisatawan asing dan 2.085 wisatawan domestik memutuskan batal berkunjung ke Bali.

"Hal itu menimbulkan pelaku usaha penginapan kehilangan pendapatan mencapai Rp11,57 miliar," demikian tertulis dalam laporan. 

Peningkatan aktivitas Gunung Agung menyebabkan beberapa negara mengeluarkan imbauan perjalanan (travel advisory) kepada warga negaranya untuk berkunjung ke Bali, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Malaysia, Australia, New Zealand, dan Korea Selatan.

Tercatat, jumlah kedatangan penumpang di Bandara Ngurah Rai pada Oktober 2017 terkontraksi sebesar 2,53 persen, lebih rendah dibandingkan rata-rata bulanan Januari-September 2017 yang sebesar 8,23 persen dan Oktober 2016 yang sebesar 7,69 persen.

Kondisi ini disebabkan terkontraksinya pertumbuhan penumpang domestik dan pertumbuhan kedatangan penumpang internasional yang hanya tumbuh 0,28 persen pada Oktober 2017. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER