Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) menyebut penerbangan dan paket wisata ke Bali berkurang sekitar 50 persen sejak Gunung Agung meletus pada pekan lalu. Hal ini karena munculnya pembatalan dari wisatawan dan minimnya pengambilan paket baru saat ini.
Wakil Ketua Asita Budijanto Ardiansyah mengatakan, sebenarnya penurunan jumlah penerbangan dan paket wisata sudah terjadi pada dua bulan lalu, ketika Gunung Agung menunjukkan aktivitasnya dan dinyatakan berstatus siaga.
"Waktu pertama kali itu paling penurunannya hanya 2-3 persen, lalu kembali normal. Tapi karena minggu lalu meletus, sekarang kira-kira turun 50 persen," ujar Budijanto kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, penurunan hingga 50 persen itu mencakup seluruh penerbangan dan paket wisata, terutama didominasi wisatawan domestik.
"Kalau luar negeri, terutama yang ketat dari Australia, mungkin itu pembatalannya sampai 10 persen. Kalau diakumulasi, penurunannya sampai 20-30 persen," katanya.
Sayangnya, Budijanto belum bisa memberi perkiraan total kerugian yang harus ditanggung para perusahaan perjalanan wisata. Sebab, hal ini bergantung pada seberapa lama status siaga level tiga ini disematkan ke gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali itu.
"Masih terus dilihat (kerugiannya), ya kalau sampai lama terus seperti ini tentu semakin rugi," imbuhnya.
Selain Bali, penerbangan dan paket wisata yang juga terdampak, yaitu yang menuju Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Namun, ia belum bisa memberi perkiraan penurunannya.
Sebenarnya penerbangan ke NTT dan NTB seharusnya tetap bisa dilakukan lantaran maskapai bisa melalui koordinat jalur penerbangan lain.
Hanya saja, memang diakui Budijanto hal ini juga belum tentu memberikan keuntungan bagi maskapai. Sebab, ada biaya tambahan bahan bakar yang harus dikeluarkan dan tentu ujungnya membuat harga tiket penerbangan meningkat.
"Mungkin bisa naik jadi 10-15 persen tiketnya ya, tapi ya ini tidak semata-mata jadi opsi bagi maskapai karena kalau tiket dinaikan pun belum tentu ada yang mau terbang karena lagi bencana," pungkasnya.
Akomodasi Gratis Semalam
Pada kesempatan berbeda, satuan tugas pariwisata di Bali yang dibentuk prabencana Bali Tourism Hospitality (BTH) mengadakan rapat pada Senin (27/11) sore. Anggotanya terdiri dari Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan, Dinas Imigrasi, Asita, serta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
Ketua Asita Bali I Ketut Ardana, salah satu anggota rapat BHT mengatakan, seluruh pemangku kepentingan sepakat bekerja optimal melayani wisatawan untuk mengantisipasi dampak bencana erupsi Gunung Agung.
Salah satunya dengan memberi layanan penginapan gratis selama semalam bagi para wisatawan yang terjebak sulit keluar dari Bali. Pada hari kedua, pengelola hotel juga diminta memberi harga spesial.
"Kami berharap segera ada pernyataan resmi dari Pemerintah provinsi Bali terkait biaya akomodasi gratis selama semalam," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com.
Secara umum, dia menyebutkan terhadap sebanyak 3.800 wisatawan yang tak bisa ke luar dari Bali akibat penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Kendati ada potensi kerugian yang akan ditanggung para pengusaha hotel, namun hal itu tak membuat asosiasi khawatir. Menurut dia, pengusaha tentu tak selalu berpikir soal keuntungan, melainkan tanggung jawab memberi pelayanan dan keamanan bagi wisatawan.
"Harapannya, kami ingin membangun citra yang positif, meski dalam kondisi seperti ini tetap menjalankan tugas melayani," tuturnya.
Sebagai informasi, BTH terbagi menjadi tiga satuan kerja antara lain, BHT antar lembaga yang berperan memberi informasi informasi dari lembaga terkait, BTH yang bertugas ketika gunung meletus, dan BTH hubungan media.
(lav/bir)