Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menawarkan penugasan kepada tenaga ahli Indonesia untuk melihat secara langsung kondisi dan potensi pengembangan listrik di Ethopia, khususnya untuk pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).
Hal itu disampaikan Jonan saat menerima kunjungan Menteri Air, Irigasi dan Ketenagalistrikan Ethiopia, Seleshi Bekele, di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (4/12) kemarin. Tujuan kunjungan delegasi Ethiopia ini adalah untuk mempelajari program pembangunan Indonesia di sektor ketenagalistrikan dan EBT khususnya panas bumi dan air (hydro).
"Selain itu, Menteri ESDM (Jonan) juga menawarkan bantuan teknis terkait penyusunan kontrak jual beli listrik dengan pihak swasta," ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Dadan Kusdiana dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (5/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan tersebut, lanjut Dadan, Jonan memaparkan pemerintah Indonesia sepanjang dua tahun terakhir fokus untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, mulai dari pembangunan pembangkit, perluasan jaringan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), pembangunan pembangkit EBT off grid, serta program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).
Saat ini, rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 93,5 persen dengan kapasitas pembangkit listrik nasional sebesar 60,1 gigawatt (GW) atau naik 7,1 GW dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2014, kapasitas pembangkit nasional hanya 53 GW.
Untuk pembangkit yang bersumber dari EBT, Jonan menerangkan bahwa sejak awal tahun 2017 hingga saat ini, terkait 1.186 megawatt (MW) pembangkit listrik yang energi primernya bersumber dari EBT telah ditandatangani. Hingga akhir tahun, kapasitasnya diharapkan mencapai 1.500 MW.
Bekele mengapresiasi penawaran bantuan dari Jonan sambil menyatakan minat untuk menjajaki kemungkinan berinvestasi pada sektor ketenagalistrikan di Indonesia.
Ethiopia, lanjut Bekele, memiliki potensi energi yang kuat di kawasan Sub-Saharan African yang bersumber dari EBT, khususnya
hydro power, energi surya, angin, dan panas bumi. Potensi energi terbarukan di Ethiopia mencapai 60 ribu megaWatt (MW).
Ethiopia sendiri merupakan salah satu dari sedikit negara di kawasan Sub-Saharan African, yang semua pembangkitan listriknya (sekitar 4.300 MW) dihasilkan dari sumber daya EBT yang sebagian besar berasal dari energi
hydro.
Namun, dengan penduduk sekitar 100 juta orang, Ethiopia baru memiliki tingkat rasio elektrifikasi sebesar 30 persen, dengan tingkat akses
on-grid sekitar 20 persen dan tingkat akses
off-grid sekitar 10 persen.
Bekele mengungkapkan Pemerintah Ethiopia tengah melakukan restrukturisasi sektor kelistrikan dengan berfokus untuk meningkatkan rasio elektrifikasi. Sesuai dengan program elektrifikasi, Ethiopia memiliki visi untuk meningkatkan rasio elektrifikasi 100 persen pada tahun 2025.
Pada kunjungan ini, delegasi Ethiopia juga didampingi perwakilan Bank Dunia. Saat ini, Bank Dunia sedang membantu Ethiopia dalam mempercepat rasio elektrifikasi dan pengembangan energi terbarukan. Selain pendanaan, Bank Dunia juga membantu Ethiopia dalam hal bantuan teknis dan peningkatan kapasitas.
(lav)