Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia merangkak naik pada perdagangan kemarin, Selasa (5/12) waktu Amerika Serikat (AS). Hal itu dipicu kuatnya permintaan dan ekspektasi turunnya persediaan minyak mentah AS, serta perpanjangan kesepakatan pemangkasan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Dilansir dari Reuters, Rabu(6/12), harga minyak mentah Brent meningkat US$0,41 atau 0,7 persen menjadi US$62,86 per barel. Sementara, harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) hanya naik tipis 0,3 persen atau US$0,15 menjadi US$57,62 per barel.
Pertumbuhan permintan tahun ini yang di luar perkiraan telah menghembuskan angin segar bagi upaya OPEC untuk mendongkrak harga minyak mentah. Kemudian, laporan terakhir persediaan minyak AS kemungkinan bakal menunjukkan penurunan selama tiga minggu berturut-turut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis memperkirakan data Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) yang dirilis hari ini, waktu setempat, bakal menunjukkan penurunan persediaan minyak AS 3,4 juta barel sepanjang pekan lalu.
Sementara itu, asosiasi pelaku indusri American Petroleum Institute (API) kemarin menyatakan bahwa penurunan persediaan minyak mentah AS turun sebesar 5,5 juta barel, di luar perkiraan. Namun persedian bensin meningkat 9,2 juta barel, dan minyak distilasi naik sebesar 4,3 juta barel, jauh di atas ekspektasi untuk kedua jenis bahan bakar.
Sebagai catatan, angka-angka yang dikeluarkan EIA dan API tidak selalu sejalan.
Sejumlah analis memperkirakan pengetatan pasokan minyak bakal berlanjut tahun depan.
Dalam catatan analis Morgan Stanley yang dirilis Senin lalu, permintaan diperkirakan bakal melampaui pasokan tahun depan, dengan kebanyakan peningkatan pasokan terjadi di AS dan Kanada.
Goldman Sachs awal pekan ini juga meningkatkan perkiraan harga Brent dan WTI 2018 menjadi US$62 dan US$57,5 per barel. Ramalan tersebut dibuat setelah OPEC mengumumkan perpanjangan jangka waktu pemangkasan produksi harian minyak mentah.
Seperti diberitakan sebelumnya, OPEC dan sejumlah negara produsen minyak, termasuk Rusia, akan memangkas produksi minyak sebesar 1,8 barel per hari (bph) hingga akhir 2018, lebih lama dari kesepakatn awal, Maret 2018.
OPEC sendiri mematuhi kesepakatan untuk memangkas produksi minyak yang telah berlaku sejak Januari 2017. Berdasarkan survey Reuters, produksi minyak pada November turun sebesar 300 ribu bpd, terendah sejak May.
"(Harga minyak mentah) Kemarin ditentukan oleh aksi ambil pada perdagangan pasca OPEC," ujar analis pasar energi CHS Hedging LLC Tony Headrick. Ia menambahkan, saat ini, pasar tengah mempehatikan sinyal lebih jauh terkait gambaran tahun depan.
Di sisi lain, kesepakatan perpanjangan waktu pemangkasan produksi yang dipimpin oleh OPEC dapat meningkatkan kegiatan pengeboran minyak shale AS seiring dengan kenaikan harga.
Data pekan lalu menunjukkan poduksi minyak mentah AS naik menjadi hampir 9,5 juta bph pada September, mendekati level tertinggi sebesar 9,63 juta bph per hari pada 2015.
(lav)