Bea Cukai Tambah Tiga Laboratorium Identifikasi Barang Impor

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 18 Des 2017 12:57 WIB
Penambahan laboratorium Balai Pengujian dan Indentifikasi Barang (BPIP) dilakukan Ditjen Bea Cukai guna mempercepat pengujian dan identifikasi barang impor.
Penambahan laboratorium Balai Pengujian dan Indentifikasi Barang (BPIP) dilakukan Ditjen Bea Cukai guna mempercepat pengujian dan identifikasi barang impor. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Semarang, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menambah tiga Laboratorium Bea dan Cukai sebagai laboratorium satelit dari Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB) dan mobile laboratorium. Penambahan tersebut, dilakukan pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean (TMP) Merak, KPPBC TMP Bandar Lampung dan KPPBC TMP Tanjung Emas.

Adapun, BPIB berperan untuk melakukan pengujian dan identifikasi barang dengan cepat, tepat, dan akurat untuk memberikan kepastian penetapan tarif pos yang digunakan untuk menetapkan besaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PDRI).

"Kami membuka tiga laboratorium ini untuk bisa memberikan pelayanan yang lebih baik," ujar Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi dalam acara peresmian tiga laboratorium bea dan cukai di Kantor Bea dan Cukai Tanjung Emas, Semarang, Senin (18/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tadinya, DJBC hanya memiliki enam laboratorium di Jakarta, Medan, Surabaya, Bandara Soekarno-Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, dan Dumai. Dengan demikian, jika petugas bea dan cukai di Semarang ingin menguji atau mengidentifikasi kandungan kimia barang impor yang masuk, petugas harus membawanya ke Surabaya. Akibatnya, proses identifikasi memakan waktu.

Dengan adanya laboratorium yang lebih dekat dengan pelabuhan, pelayanan terhadap pengujian dan identifikasi barang ekspor impor bisa lebih cepat dua hingga tiga hari dan mendukung percepatan waktu bongkar muat (dwelling time). Jika dwelling time lebih cepat, biaya logistik pun diharapkan bisa ditekan dan daya saing bisa meningkat.

Selain itu, lanjut Heru, penambahan laboratorium juga dilakukan untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang semakin pesat.

Selain berperan dalam membantu pengujian dan identifikasi barang, BPIB juga telah berperan dalam upaya penggagalan penyelundupan, mulai dari narkotika hingga penggagalan ekspor ilegal mutiara budidaya laut, dan penyelundupan berlian. Terkait penyelundupan berlian, menurut Heru, biasanya pelaku memalsukan dokumen dengan menyatakan berlian yang diimpor sebagai berlian imitasi untuk mendapatkan tarif bea masuk yang lebih rendah. Peran laboratorium dibutuhkan untuk mengidentifikasi keaslian berlian tersebut.

"BPIB telah berperan dalam menggagalkan ekspor ilegal mutiara senilai Rp45 miliar, dan perhiasan berlian senilai Rp2 miliar," ujarnya.

Khusus untuk narkotika, lanjut Heru, BPIB juga telah berperan dalam mengidentifikasi berbagai jenis narkotika dan New Psychoactive Substance (NPS). Sepanjang tahun ini, BPIN telah melakukan pengujian terhadap 99 jenis narkotika.

Dalam dua tahun ke depan, DJBC bakal menambah 17 laboratorium satelit tambahan untuk meningkatkan pemanfaatan dan penguatan BPIB. Dengan demikian, jumlah laboratorium menjadi 23 laboratorium di seluruh Indonesia.

Dengan penambahan laboratorium satelit dan mobile laboratorium, DJBC juga bisa memeriksa barang ekspor yang saat ini mayoritas diperiksa oleh surveyor. Adapun biaya untuk membangun satu unit laboratorium berkisar Rp5 miliar hingga 8 miliar. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER