Wong Cilik Sulit Miliki Rumah Karena Belum Jadi Nasabah Bank

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Selasa, 19 Des 2017 19:22 WIB
Belum teraksesnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) pada layanan bank menjadi salah satu penyebab sulitnya kelompok masyarakat tersebut memiliki rumah.
Belum teraksesnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) pada layanan bank menjadi salah satu penyebab sulitnya kelompok masyarakat tersebut memiliki rumah. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau wong cilik dinilai masih sulit memiliki hunian, khususnya rumah tapak pribadi lantaran belum bersentuhan dengan layanan perbankan alias belum menjadi nasabah bank.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Maryono menjelaskan, permasalahan kecukupan dana menjadi masalah dasar kepemilikan rumah, tak hanya bagi MBR tetapi juga kalangan menengah. Namun, perbedaannya menurut dia, kalangan menengah mampu mengatasi kesulitan tersebut dengan memanfaatkan bantuan perbankan. Sedangkan kalangan MBR, masih sangat terbatas dengan layanan bank.

"Sedikitnya masyarakat berpenghasilan rendah yang masuk kategori bankable, membuat mereka sulit mengakses pembiayaan KPR," ujar Maryono dalam diskusi di kawasan Kuningan, Selasa (19/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi tersebut menurut Maryono, membuat selisih jumlah rumah yang dibutuhkan masyarakat dengan jumlah rumah yang terbangun (backlog) kalangan MBR mencapai 6 juta unit. Angka ini sekitar 45 persen dari total backlog secara nasional sebanyak 13,3 juta unit.

Selain akses bank, Ia juga mencatat masih ada beberapa masalah yang turut menghantui kalangan MBR. Pertama, pembangunan perumahan yang tak bisa instan. Kedua, keterbatasan lahan. Ketiga, regulasi pertanahan dan izin pembangunan yang tak sinkron untuk seluruh daerah.

Untuk itu, Maryono melihat, cara singkat yang dapat dilakukan untuk mendorong kepemilikan rumah MBR adalah dengan menjadikan mereka nasabah bank, sehingga bisa turun mencicipi kemudahan mencicil rumah melalui fasilitas KPR.

Bersamaan dengan itu, BTN saat ini menurut Maryono turut memperluas fasilitas KPR yang dimilikinya melalui skema KPR mikro. Kategori ini berusaha menjangkau MBR yang merupakan pekerja informal, seperti tukang ojek.

Lalu, skema lain adalah memberikan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). "Caranya dengan menabung secara rutin selama enam bulan dan menyiapkan uang muka sebesar 5 persen untuk membeli rumah," terangnya.

Kendati begitu, program ini baru akan berjalan pada 2018 mendatang. Kendati belum mau mengungkap target kucuran kreditnya, ia menyebut, program ini akan menjadi salah satu penopang BTN untuk mengejar target membiayai 750 ribu unit rumah.

Sementara itu, berdasarkan data November, BTN telah mengucurkan kredit untuk membiayai sekitar 223 ribu unit rumah melalui skema KPR subsidi dan non subsidi dan 326 ribu unit melalui kredit konstruksi. Adapun, total nilainya mencapai Rp60,94 triliun.

"Untuk KPR subsidi pertumbuhannya naik 34 persen (year to date/ytd) dan untuk KPR non subsidi naik 11 persen (ytd)," pungkasnya. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER