Harga Pangan Aman, BPS Catat Inflasi 2017 Sebesar 3,61 Persen

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 02 Jan 2018 11:30 WIB
BPS mencatat inflasi sepanjang tahun lalu 3,61 persen (yoy), lebih rendah dari target APBNP 2017 4,3 persen, tetapi di atas perkiraan pemerintah sebelumnya.
BPS mencatat inflasi sepanjang tahun lalu 3,61 persen (yoy), lebih rendah dari target APBNP 2017 4,3 persen. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat 0,71 persen secara bulanan (month-to-month) di Bulan Desember. Bila dilihat sejak awal tahun hingga akhir Desember, maka inflasi di tahun 2017 secara tahunan (year-to-year) tercatat 3,61 persen.

Angka inflasi bulan Desember 2017 ini lebih tinggi dibandingkan Desember 2016 yang mencapai 0,42 persen. Namun, angka ini masih lebih baik dibandingkan Desmeber dua tahun sebelumnya yakni 0,96 persen. Adapun inflasi tahunan di Desember 2017 juga lebih tinggi dari tahun lalu yang tercatat 3,02 persen. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi di bulan Desember merupakan inflasi bulanan tertinggi sejak Januarui 2017 yakni 0,97 persen. Meski demikian, capaian inflasi tahunan ini dianggap masih aman karena berada di bawah target dalam Angaran Pendapatan dan Belanja Negara Penyesuaian (APBNP) 2017 sebesar 4,3 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara tahunan, angka ini masih bagus karena di bawah target APBNP," kata Suhariyanto, Senin (2/1).

Ia menambahkan, inflasi sepanjang tahun ini dipengaruhi oleh harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices), utamanya penyesuaian tarif listrik bagi golongan 900 Volt Ampere nonsubsidi. Adapun, sepanjang tahun 2017, tarif listrik memberikan andil sebesar 0,81 persen.

Menurutnya, penyesuaian tarif listrik ini memang terjadi sepanjang semester I 2017. Namun, dampak inflasinya terasa hingga akhir tahun. Maka dari itu, tak heran jika inflasi administered prices tercatat 8,7 persen secara tahunan.

"Ada penyesuaian harga listrik 900 VA di bulan Januari sampai Mei, sehinggga ini mewarnai inflasi tahun ini," paparnya.

Tak hanya itu, andil inflasi paling besar tahun ini juga disumbang oleh biaya perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sebesar 0,24 persen dan komponen bahan pangan seperti ikan segar sebesar 0,2 persen dan beras sebesar 0,16 persen.

Suhariyanto melanjutkan, kenaikan harga bahan pangan ini utamanya terjadi di akhir tahun, di mana inflasi bahan makanan di bulan Desember saja tercatat 2,26 persen secara bulanan.

Kendati demikian, ia menilai pengendalian harga bahan pangan bergejolak (volatile food) oleh pemerintah sepanjang tahun ini dianggap mumpuni. Sebab, inflasi secara tahunan hanya ada di angka 0,71 persen.

"Ini berbeda dengan pattern sebelumnya di mana inflasi 2016 dikendalikan oleh volatile food. Belajar dari sini, Indonesia bisa mengendalikan inflasi tahun depan asal sudah mengetahui polanya," pungkasnya. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER