Jakarta, CNN Indonesia -- Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus menanjak sejak akhir tahun 2017 membuat sebagian perusahaan manajer investasi kebanjiran permintaan penarikan dana (
redemption) dari para pemilik reksa dana.
Redemption dilakukan untuk merealisasikan keuntungan dari hasil investasi reksa dana. Hal ini juga bisa dikatakan sebagai bentuk aksi ambil untung investor.
Endang Astharanti, Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) mengaku, jumlah
redemption naik sekitar 20 persen hingga 30 persen pada awal tahun 2018 bila dibandingkan dengan Desember 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampak dari kenaikan IHSG terhadap jumlah redemption memang ada kenaikan dari sisi investor individual pada awal tahun ini," ujar Endang kepada
CNNIndonesia.com, Senin (8/1).
Menurut Endang, rata-rata jumlah
redemption per hari pada kondisi normal hanya di bawah Rp10 miliar. Bila dengan hitungan Rp9 miliar per hari dan kenaikan 30 persen, maka pertumbuhan jumlah
redemption bisa mencapai Rp11,7 miliar.
"Kalau dilihat pada awal pekan 2018 saja ada
redemption sekitar Rp30 miliar, jumlahnya tidak signifikan," terang dia.
Namun, dari komposisi jumlah dana kelolaan sendiri, reksa dana saham sebenarnya tidak berada di urutan pertama melainkan kedua, yakni sebesar Rp11,27 miliar. Sementara, dana kelolaan terbanyak berada di reksa dana pasar terproteksi dengan nilai Rp16 ,08 miliar.
Peningkatan jumlah
redemption juga terjadi pada PT Sucorinvest Asset Management, di mana jumlah
redemption mencapai Rp200 miliar sejak akhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018. Angka ini begitu tinggi jika dibandingkan dengan jumlah
redemption per bulannya yang hanya sekitar Rp50 miliar.
"Tapi ada
subscription juga sekitar Rp200 miliar, namun jumlah
redemption memang cukup besar dibandingkan bulan-bulan lain," kata Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul.
Ia mengaku jumlah dana kelolaan untuk reksa dana saham pada akhir tahun 2017 sebesar Rp935 miliar, reksa dana pendapatan tetap sebesar Rp500 miliar, reksa dana campuran Rp320 miliar, dan reksa dana terproteksi tertinggi di angka Rp1 triliun.
Di sisi lain, Direktur Utama Samuel Asset Management, Agus Basuki Yanuar mengatakan, pada akhir tahun 2017 sampai awal tahun 2018 malah terlihat jumlah
subscription lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
redemption.
"April dan Mei biasanya ada
redemption," terang Agus.
Melihat secara historis, Agus memandang, IHSG memang hampir selalu menguat pada bulan Desember hingga April. Namun, jumlah
redemption akan lebih banyak terjadi pada bulan April dan Mei.
"Pada Januari ini masih ada potensi
subscription lebih banyak," jelas Agus.
Sebagai informasi, IHSG menorehkan level tertinggi sepanjang masa pada akhir tahun 2017 di level 6.355. Kemudian, rekor tertinggi kembali terjadi pada perdagangan Senin (8/1) yang ditutup di level 6.385.
(gir)