Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rentan terkoreksi pada perdagangan hari ini, Rabu (17/1), akibat pelemahan sejumlah indeks di bursa saham Wall Street tadi malam.
Kepala Riset First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan, pelemahan tersebut dipicu oleh aksi ambil untung pelaku pasar karena harga saham yang dinilai sudah mahal.
"Lalu pasar mengantisipasi anggaran pemerintah federal tidak disetujui kongres akhir pekan ini yang bisa mengakibatkan 'Government Shutdown'," papar David dalam risetnya.
Ia merinci, Dow Jones tadi malam ditutup turun 0,04 persen, S&P500 melemah 0,35 persen, dan Nasdaq Composite merosot 0,51 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pengaruh negatif lainnya bagi laju IHSG, yakni pelemahan benerapa harga komoditas, seperti minyak dunia dan nikel.
David menyebut, minyak dunia terkoreksi 0,65 persen menjadi US$63,88 per barel. Sementara, harga nikel ditutup di harga US$12.552,5 per metrik ton atau anjlok 2,56 persen.
"IHSG rawan terkoreksi di tengah tren bullish pasar, IHSG diperkirakan bergerak di 6.370 hingga 6.440," terang David.
Di sisi lain, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menilai, IHSG masih cukup kokoh dan kuat bertahan di teritori positif. Salah satu sentimen positifnya berasal dari rilis data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang menyebut rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) membaik, yakni berada di kisaran 29,2 persen.
"Ini masuk dalam kategori aman dan telah memberikan persepsi akan penilaian positif dari sejumlah lembaga pemeringkat kredit," ungkap Reza dalam risetnya.
Dengan begitu, IHSG diproyeksi bergerak dalam rentang support 6.397-6.364 dan resistance 6.443-6.445. Namun, Reza tak menampik jika IHSG memang telah masuk area jenuh beli (overbought), sehingga potensi koreksi akibat aksi ambil untung (profit taking) pelaku pasar tetap ada.
"Tetap waspadai aksi-aksi profit taking yang akan memanfaatkan kenaikan tersebut," tutup Reza.
Adapun, IHSG kemarin kembali mencetak rekor baru ke level 6.429 dengan penguatan sebesar 47,5 poin atau 0,74 persen. Sayangnya, nilai tukar rupiah justru melemah 0,05 persen menjadi Rp13.338 per dolar Amerika Serikat (AS).
(lav)