Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, ada sekitar lima persen hingga enam persen peritel yang tergabung dalam asosiasi masih enggan bertransformasi ke bisnis online (daring). Namun, 94 persen-96 persen lainnya sudah memulai transformasi bisnis online.
Menurut Roy, keengganan peritel berganti baju menjadi bisnis online karena perasaan masih nyaman dengan bisnis konvensional yang ditekuninya.
"Mereka masih nyaman dengan toko offline-nya karena mungkin itu turun temurun," ujar Roy dalam Konferensi Pers Internet Retailing Expo Indonesia di Jakarta, Rabu (24/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, alasan ritel konvensional yang enggan menambah atau berpindah ke online tersebut karena sudah memiliki pelanggan yang tetap. Sehingga, mereka nyaman dan belum merasa perlu untuk menambah saluran distribusi baru.
Apalagi, kebanyakan dari mereka termasuk ritel-ritel kecil yang menjual barang-barang kebutuhan pokok atau grosir. Mereka juga kebanyakan berada di daerah-daerah.
"Mereka biasanya toko serba ada atau toko kelontong. Mereka pun sudah nyaman dengan hasil yang diperoleh. Memang, jadi pekerjaan rumah dari Aprindo untuk meyakinkan mereka tidak bisa lama lagi seperti ini," terang dia.
Roy mengaku, asosiasi terus mendorong peritel-peritel tersebut untuk menambah atau bertransformasi ke platform online, terutama kepada peritel lokal yang berada di seluruh Indonesia.
"Kami akan terus dorong dengan perwakilan kami di daerah. Saat ini, sudah ada 27 perwakilan daerah, dan di kuartal pertama mudah-mudahan hal ini bisa tercapai di ke-34 propinsi, agar" pungkasnya.
(bir)