Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menilai mayoritas produksi garam dari dalam negeri tidak sesuai dengan kebutuhan pengusaha di industri makanan dan minuman (mamin).
Ketua Gapmmi, Adhi S. Lukman mengungkapkan, mayoritas garam dari dalam negeri memiliki kadar air tinggi sebesar 4 sampai 5 persen. Sementara, kadar air yang dibutuhkan maksimal hanya 0,5 persen.
"Itu (kadar air 4-5 persen) tidak bisa kami pakai, kami hanya bisa pakai sebagian kecil garam (yang memiliki kadar air 0,5 persen," kata Adhi, dikutip Rabu (31/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dari itu, Adhi mendesak pemerintah untuk mengimpor garam dengan kadar air maksimal 0,5 persen sebanyak 535 ribu ton untuk tahun ini untuk industri mamin. Namun, pemerintah hanya menyetujui impor garam bagi industri tersebut sebanyak 460 ribu ton.
"Dengan asumsi sebagian bisa menyerap garam dari dalam negeri," terang Adhi.
Maka dari itu, Adhi meminta pemerintah untuk memastikan dan menjaga mutu produksi garam dari petani dalam negeri. Pasalnya, industri mamin sangat bergantung dengan garam sebagai bahan baku.
"Stok garam saat ini hanya tinggal 87 ribu ton, industri pangan di Indonesia kalau tidak ada garam tidak bisa gerak," papar Adhi.
Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan untuk mengimpor garam industri sebanyak 3,7 juta ton guna menutup kebutuhan industri dalam negeri. Nantinya, seluruh impor garam tersebut akan diterima oleh lebih dari 100 perusahaan yang bergerak di sektor petrokimia, kaca, lensa, dan mamin.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, stok impor garam industri tidak akan digelontorkan secara sekaligus. Pemberian garam impor industri akan dilakukan bertahap sesuai kemampuan penyerapan industri.
(gir)