Industri Tak Sabar Garap Asuransi Barang Milik Negara

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 05 Feb 2018 14:57 WIB
Industri mengaku tak sabar menggarap asuransi Barang Milik Negara (BMN). Bisnis baru asuransi ini diperkirakan akan mendongkrak pertumbuhan premi asuransi umum.
Asuransi Barang Milik Negara (BMN) diperkirakan akan mendongkrak pertumbuhan premi asuransi umum. (CNN Indonesia/ Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Industri asuransi rupanya tak sabar ingin masuk ke dalam konsorsium asuransi Barang Milik Negara (BMN) yang akan dibentuk pemerintah. 

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengatakan, konsorsium ini bisa mendongkrak pertumbuhan premi perusahaan industri. Adapun potensi premi terlihat dari jumlah aset BMN yang mencapai Rp2.183 triliun pada semester I 2017.

"Nilai aset sebesar itu, kalau dikalikan 0,3 persen (perkiraan tarif premi), itu bisa sekitar Rp6-8 triliun (potensi premi yang diterima asuransi). Meski memang ini tidak semua langsung diasuransikan, tapi mana saja yang diprioritaskan lebih dulu," ujar Ketua Umum AAUI Dadang Sukresna, baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itu, asosiasi terus menunggu program asuransi BMN dan konsorsium perusahaan asuransi yang digodok oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan (DJKN Kemenkeu) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Senada, PT Asuransi Tri Pakarta atau Tripa mengaku sangat tertarik dengan konsorsium ini. Pasalnya, tak hanya bisa mendongkrak pertumbuhan premi asuransi, program ini juga membantu pemerintah meminimalisasi risiko terhadap pengelolaan BMN. Dengan demikian, anggaran yang dikeluarkan pemerintah pun bisa lebih efisien.

"Memang ini bisa win win (menguntungkan) kedua belah pihak," ujar Wakil Direktur Utama Tripa Didin Wahidin pada kesempatan yang sama.

Kendati demikian, ia mengaku belum bisa memberi proyeksi dampak dari asuransi BMN terhadap pertumbuhan premi perusahaan. Namun, asuransi BMN bisa meningkatkan pangsa pasar harta benda, properti, dan bencana.
"Masing-masing perusahaan sebenarnya berbeda, tapi kalau di Tripa, misalnya (porsi premi produk) properti 40-41 persen. Kalau ada program ini bisa naik lagi," katanya.

Ia pun memperkirakan, sumbangan pendapatan premi dari program asuransi BMN baru bisa dirasakan perusahaan-perusahaan yang nantinya tergabung dalam konsorsium pada tahun depan. Pasalnya, hingga kini, program dan pembentukan konsorsium masih dibahas.

PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) atau Jasindo juga tak sabar masuk konsorsium asuransi BMN. Bahkan, perusahaan mengaku, siap bila diberi penugasan khusus oleh pemerintah untuk memimpin konsorsium.

Direktur Teknik dan Luar Negeri Jasindo Syarifudin mengatakan, hal ini lantaran selama ini Jasindo telah melaksanakan berbagai penugasan dari pemerintah.
“Entah ini nanti konsorsium atau apa bentuknya, tapi kami ingin penyertaan kami bisa lebih besar, karena kami juga sudah terbilang prepare (siap). Misalnya, dari segi infrastrukturnya, channel distribusi, SDM, sistem juga sudah punya,” ucapnya.

Selain mengaku sudah siap, perusahaan juga tak sabar ingin menikmati pertumbuhan premi dari asuransi BMN ini, terutama produk asuransi properti yang bisa masuk dalam kategori asuransi BMN.

“Nanti akan sangat tergantung pada produk apa yang sedang dibutuhkan oleh pemerintah. Tapi properti bisa naik, sekarang kira-kira sekitar 32-33 persen sampai akhir 2017, pasti bisa meningkat, tapi kami belum tahu berapa nilainya yang bisa di-issue oleh pemerintah,” terangnya.

Adapun saat ini, produk asuransi BMN tengah digodok oleh DJKN Kemenkeu bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta berdiskusi dengan para pelaku usaha. Targetnya, asuransi BMN dapat dijalankan pada tahun depan. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER