Jakarta, CNN Indonesia -- Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih berlanjut pada hari ini, Selasa (6/2), karena diwarnai oleh beberapa sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.
Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto mengungkapkan, salah satunya berasal dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Lebih detail, rupiah terkoreksi 0,51 persen menjadi Rp13.520 per dolar AS pada penutupan perdagangan kemarin.
"Lalu penurunan harga minyak dan data ekonomi yang kurang memuaskan," kata David dalam risetnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 hanya sebesar 5,07 persen atau di bawah target yang mencapai 5,2 persen.
Sementara itu, mengutip Reuters, harga minyak dunia brent turun menjadi US$67,46 per barel dan harga minyak dunia WTI turun menjadi US$63,92 per barel.
"IHSG masih akan terkoreksi pada rentang 6.512 hingga 6.630," terang David.
Tak sependapat, analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya menyebut, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 masih terkendali meski di bawah target pemerintah. Dengan demikian, pelaku pasar bisa menjadikan hal itu sebagai salah satu acuan untuk menentukan strategi investasi tahun ini.
"Peluang koreksi wajar masih dapat terus dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian," ucap William dalam risetnya.
Maka itu, William optimistis IHSG bisa berbalik arah menguat pada penutupan perdagangan hari ini. Ia memproyeksi, IHSG bergerak dalam rentang
support 6.511 dan
resistance 6.671.
IHSG ditutup melemah pada perdagangan kemarin ke level 6.589. Sejalan dengan itu, mayoritas saham atau sebanyak 254 saham turun. Sedangkan, hanya 123 saham yang menguat dan 92 saham bergerak stagnan.
Rupanya, hal ini sejalan dengan pergerakan saham global khusus saham Wall Street tadi malam. Misalnya, Dow Jones anjlok 4,6 persen, S&P500 turun 4,1 persen, dan Nasdaq Composite melemah 3,78 persen.
(lav)