Singapura, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan kawasan industri penerbangan terpadu atau aerospace park di Bintan, Kepulauan Riau dapat beroperasi pada 2021 mendatang. Izin pembangunan kawasan telah diterbitkan belum lama ini.
Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, dengan target beroperasi dalam tiga tahun ke depan, maka infrastruktur dan para industri penunjang diharapkan mulai masuk ke kawasan tersebut.
Komponen infrastruktur meliputi, bandara, landasan pesawat, gedung-gedung untuk industri, dan fasilitas pendukung lainnya. Sedangkan, dari sisi industri penunjang, pemerintah ingin ada industri pembuat pesawat, produksi komponen dan suku cadang, perusahaan pemeliharaan, hingga pusat pengembangan teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Terutama untuk industri komponen, itu kami harap bisa lebih cepat, karena kami juga melihat ada upaya dan ketertarikan dari swasta untuk bergabung," ujar Putu, sapaan akrabnya kepada CNNIndonesia.com di sela perhelatan Singapore Airshow 2018 di Changi Exhibition Area, Rabu (7/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sudah ada beberapa perusahaan yang menyatakan ketertarikan untuk masuk ke kawasan tersebut. Sebab, kehadiran kawasan merupakan hasil gagasan antara pemerintah dengan pelaku industri, khususnya melalui Asosasi Pelayanan dan Perawatan Pesawat Terbang (Aircraft Maintenance Service Association/IAMSA).
Tak hanya pelaku industri penerbangan dan penunjangnya yang berasal dari dalam negeri, kehadiran kawasan itu juga diyakini mampu menggaet para investor. Sebab, dengan adanya kawasan ini, peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya jadi lebih besar dan leluasa.
Pasalnya, sebelum ini investasi di industri penerbangan masih terbatas dilakukan dengan skema bisnis ke bisnis (business-to-business/B2B), misalnya hanya dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atau dengan PT Lion Mentari Airlines.
"Makanya, kalau ada investor yang mau masuk, mereka harus B2B langsung dengan perusahaan yang ada, misalnya Garuda dengan GMF, Lion dengan Batam Aero Teknik. Sekarang mereka bisa langsung masuk ke kawasan dan terhubung dengan banyak industri sekaligus," terangnya.
Kendati demikian, Putu belum bisa memberi gambaran seberapa besar potensi investasi hingga dampaknya terhadap pertumbuhan industri penerbangan dengan adanya kawasan industri penerbangan terpadu ini. Sebab, pemerintah harus lebih dulu menyiapkan infrastruktur dan industri untuk lebih meyakinkan investor.
Namun secara keseluruhan, Putu berharap, kehadiran kawasan industri ini dapat membuat pertumbuhan industri produksi komponen dan suku cadang pesawat sejalan dengan pertumbuhan sektor penerbangan.
"Tahun lalu, industri penerbangan dilihat dari pertumbuhan jumlah penumpang bisa sekitar 10 persen. Nah, harusnya industri komponennya juga sama, tapi sekarang masih 5 persen. Makanya, kami harapkan perlahan bisa mengekor hingga sama dengan industri penerbangannya," pungkasnya.
(lav/bir)