BI: Rupiah Terus Tertekan Kebijakan Amerika Serikat

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Rabu, 21 Feb 2018 15:29 WIB
BI menilai kebijakan moneter dan fiskal AS, seperti rencana menaikkan suku bunga acuan dan pemangkasan pajak korporasi menjadi daya tarik masuknya uang ke AS.
BI menilai kebijakan moneter dan fiskal AS, seperti rencana menaikkan suku bunga acuan dan pemangkasan pajak korporasi menjadi daya tarik masuknya uang ke AS. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyebut nilai tukar (kurs) rupiah tertekan sejak awal bulan ini karena berbagai kebijakan fiskal dan moneter Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan di tengah hari ini saja, Rabu (21/2), rupiah berada pada posisi Rp13.605 per dolar AS atau meningkat dibandingkan pembukaan Rp13.560 per dolar AS.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, tekanan utama terhadap rupiah berasal dari kebijakan moneter AS, yaitu The Federal Reserve yang disebut-sebut akan mengerek suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR).

Tak cuma itu, kebijakan fiskal AS, seperti pemangkasan pajak korporasi dan individu yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump juga menjadi daya tarik masuknya uang ke Negeri Paman Sam tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Dugaan lain, pertumbuhan ekonomi Amerika lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya, yaitu dari 2,3 persen menjadi 2,6 persen. Jadi, kenaikan ini juga membuat daya tarik bagi ekonomi Amerika," ujarnya usai memberi kuliah umum di Perbanas Institute, Rabu (21/2).

Kendati demikian, ia menilai, pergerakan kurs rupiah belum terlalu terpuruk. Catatan BI, rupiah berada di posisi Rp13.548 per dolar AS pada akhir Desember 2017. Lalu, sempat menyentuh Rp13.413 per dolar AS pada akhir bulan lalu.

"Sepanjang tahun 2017, rupiah hanya melemah 0,71 persen. Bahkan, di bulan Januari terjadi penguatan rupiah sampai di atas satu persen apresiasi. Meski memang, sejak Februari ada tekanan," katanya.


Namun demikian, ia meyakini, kondisi makro ekonomi dan sistem keuangan Indonesia yang cukup stabil akan menjaga pergerakan kurs rupiah pada rentang yang baik. Pun demikian, ia mengaku tak punya target khusus bagi kurs rupiah.

Adapun salah satu cerminan ekonomi yang cukup stabil, terlihat pada laju inflasi sebesar 3,25 persen secara tahunan pada Januari 2018. Angka ini masih di rentang target sebesar 3,5 persen plus minus satu persen untuk tahun ini.

"Saya lihat Indonesia itu makro ekonominya terjaga. Kalau indikator ekonomi terjaga, kami yakin dampaknya bisa diatasi oleh Indonesia," pungkasnya. (bir/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER