Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua III Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Yogyakarta Budi Hanoto menyebut, masyarakat Yogyakarta belum membutuhkan pasokan beras impor. Hal itu dikarenakan pasokan beras dari Badan Urusan Logistik (Bulog) setempat masih mencukupi kebutuhan masyarakat.
Lagipula, ia melanjutkan, impor beras merupakan kebijakan Pemerintah Pusat. "Kami masih menggunakan beras lokal, tidak perlu beras impor. Karena, hingga saat ini pun pasokannya masih mencukupi," ujarnya mengutip Antara, Minggu (25/2).
Bulog Divisi Regional Yogyakarta mengungkapkan stok beras di wilayahnya masih mencukupi di lima kabupaten/kota hingga Mei 2018 nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stok beras di Yogyakarta masih mencukupi untuk dua hingga tiga bulan ke depan," kata Kepala Bulog Divisi Regional Yogyakarta Miftahul Ulum.
Ia menuturkan, agar penyerapan beras petani tetap berlangsung, hingga kini Bulog masih menggunakan pembelian dengan harga komersial. Hal ini dilakukan untuk bersaing dengan tengkulak atau swasta yang bernyali membeli harga di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Di kalangan petani sendiri, sambung dia, harga yang ditawarkan sudah di atas HPP. "Serapan masih menggunakan skema komersial. Kalau untuk PSO masih belum bisa masuk harganya karena harga beras petani masih di atas HPP," terang dia.
Adapun, harga beras petani yang dijual di atas HPP beras selama ini dipatok Rp7.300 per kilo gram (kg) mengacu Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015, sehingga volume serapan beras petani saat ini belum normal.
Kendati begitu, serapan beras petani cenderung meningkat dibandingkan Januari 2018. Pada Januari 2018, Bulog tercatat menyerap rata-rata 200 ton per hari. Sementara, pada Februari, meningkat menjadi 400 ton beras per hari.
(antara/bir)