Jakarta, CNN Indonesia --
Pengamat Ekonomi Rizal Ramli mengkritik kebijakan Kementerian perdagangan terkait impor beras. Menurut dia, kebijakan impor yang dilakukan pemerintah tidak tepat waktu.
"Kalau perlu banget, saya juga tidak keberatan impor, tapi diatur-lah timing-nya. Waktu paceklik baru impor. Anak SD juga ngerti, masa menterinya harus diajarin anak SD," kata Rizal Ramli, mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI tersebut, Selasa (13/2).
Pria yang akrab disapa RR ini mengimbau pemerintah untuk tidak mengambil keuntungan dari kebijakan impor beras tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan jadi raja tega gitu loh, yang penting saya dapat uang dari impor, tidak peduli nasib petani bagaimana," terangnya.
Maka itu, dia menyarankan pemerintah untuk menata irigasi pendukung pertanian dengan baik. Pasalnya, jika irigasi persawahan tertata, maka Indonesia bisa memanen padi sebanyak tiga kali dalam setahun karena memiliki sinar matahari dan sumber air yang berlimpah.
"Saya minta Mentan, bangun sawah baru dua juta hektar, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan sebagian Sumatera. Di negara lain, kalau tidak ada beras, pemerintah nya bisa jatuh," jelasnya.
Dalam kesempatan berbeda, sebanyak 10 ribu ton beras impor asal Vietnam tiba di Pelabuhan Tenau Kupang. Beras tersebut siap didistribusikan ke masyarakat dalam waktu dekat.
"Sepuluh ribu ton beras tiba di Kupang sejak Senin (12/2) siang. Saat ini, sedang dalam proses pembongkaran," ujar Kepala Bulog Divre Nusa Tenggara Timur Efdal MS, dikutip Antara, Selasa (13/2).
Beras impor tersebut merupakan bagian dari program pemerintah dalam mendatangkan 500 ribu beras impor. NTT sendiri kebagian 10 ribu ton.
Proses pembongkaran beras impor diperkirakan memakan waktu hingga 10 hari. Beras yang datang dibagi menjadi dua bagian, yaitu beras premium dan medium.
"Sepuluh ribu ton beras impor itu dibagi menjadi dua bagian, yakni beras premium 5 ribu ton dan beras medium 5 ribu ton," terang Efdal.
Dengan masuknya 10.000 ton beras, maka jumlah stok beras di NTT hingga saat ini mencapai 34 ribu ton, dari sebelumnya 24 ribu ton.
"Masyarakat NTT tidak perlu cemas dengan harga dan stok beras. Stok kita masih mencukupi sampai lima bulan ke depan," pungkasnya.
(bir)