Jakarta, CNN Indonesia -- Pada bulan Mei mendatang, umat muslim akan mulai memasuki bulan puasa. Meski masih sekitar dua bulan lagi, sebagian orang sudah mulai gencar mencari tiket untuk mudik ke kampung halaman demi merayakan momen Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran yang jatuh pada pertengahan Juni mendatang.
Untuk itu, tak ada salahnya bagi Anda mulai merencanakan keuangan demi bisa mudik ke kampung halaman tanpa rasa waswas kantong akan 'kering' usai hari raya.
Perencana Keuangan OneShildt Budi Rahardjo menilai pengeluaran saat mudik lebaran bukanlah hal yang bisa dielakan. Oleh karena itu, jika ingin mudik saat hari raya, Anda perlu menyiasati keuangan agar tidak 'buntung' setelah kembali dari kampung halaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, menurut dia, hitung dengan jelas berapa anggaran yang dibutuhkan untuk mudik lebaran. Hal ini perlu dilakukan agar anggaran yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.
"Kita harus tahu terlebih dahulu berapa anggarannya dengan melihat pola yang ada sebelumnya," kata Budi saat dihubungi
CNNIndonesia.com lewat telepon, Kamis (27/3).
Setelah tahu anggaran yang dibutuhkan, Anda tentu harus memeriksa sumber dananya. Sumber dana, menurut dia, dapat berasal dari gaji dan atau Tunjangan Hari Raya (THR). Setelah itu, bandingkan dengan anggaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Apabila masih ada kekurangan untuk memenuhi pengeluaran di mudik lebaran, maka menurut dia, sumber dana tersebut perlu ditambah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyisihkan anggaran dari gaji bulanan sebelumnya.
"Masyarakat bisa menyisihkan gaji dari bulan-bulan sebelum menjelang lebaran," terang dia.
Namun, jika masih tetap kurang, Anda mungkin perlu menambah lagi jumlah tabungannya dengan mengurangi pengeluarannya saat bulan puasa. Menurut dia, konsumsi masyarakat pada bulan puasa selama ini justru mengalami peningkatan.
"Padahal harusnya dengan puasa bisa berhemat, tapi justru pengeluarannya malah makin banyak," jelasnya.
Pengeluaran yang membengkak di bulan puasa, menurut dia, biasanya disebabkan pola buka puasa. Bulan puasa, biasanya memang sering kali dijadikan ajang reuni dan kumpul-kumpul bagi sebagian besar masyarakat perkotaan.
Untuk menghemat anggaran, pola buka puasa bersama seperti itu harus dihindari.
Selain menambah anggaran, kelebihan anggaran juga bisa disiasati dengan memangkas pengeluaran yang tak penting saat mudik.
Kendati demikian, menurut dia, idealnya, tabungan untuk mudik lebaran dipersiapkan jauh-jauh hari. Ia menyarankan adanya satu rekening tersendiri untuk digunakan untuk menyisihkan anggaran yang akan digunakan sebagai keperluan rutin dalam hal ini mudik lebaran.
Hal tersebut, menurut dia, dapat dilakukan dengan fasilitas tabungan berjangka yang disediakan oleh bank. Dengan menyisihkan dana lewat tabungan berjangka, masyarakat tidak perlu memotong banyak pengeluaran saat menjelang mudik lebaran karena sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari.
Hal senada disampaikan Perencana Keuangan Tejasari Assad. Menurutnya, tabungan untuk keperluan mudik lebaran sebaiknya disiapkan sejak lima bulan sebelumnya.
Tejasari mencontohkan, jika kebutuhan untuk mudik lebaran sebesar Rp5 juta dan penghasilan bulanan Rp5 juta, Anda sebaiknya menyisihkan sekitar 10 persen tiap bulannya sampai menjelang mudik lebaran. Sisanya, dapat ditutup dengan THR.
Namun, jika waktu untuk menabung sudah tak ada dan kian mepet, sebaikanya Anda lebih getol dalam menghemat menjelang lebaran. Penghematan, antara lain, dapat dilakukan dengan memangkas kebutuhan untuk rekreasi.
"Untuk
leisure (rekreasi) seperti makan di mal, jalan-jalan di akhir pekan itu harus mulai dikurangi kalau sudah mepet jelang lebaran," kata Tejasari saat dihubungi terpisah.
 Selain menghemat pengeluaran untuk kebutuhan mudik lebaran, Anda juga bisa menambah penghasilan yang dapat digunakan untuk mudik, salah satunya dengan berdagang panganan berbuka puasa. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono) |
Penghasilan TambahanMencari penghasilan tambahan juga bisa jadi opsi untuk menutup pengeluaran saat mudik lebaran. Menurut Budi, hal tersebut dapat dilakukan dengan menyediakan barang maupun jasa.
Untuk barang misalnya, Anda bisa berjualan makanan-makanan ringan untuk buka puasa di bulan Ramadhan.
Tejasari berujar hal tersebut sangat mungkin dilakukan karena pada bulan puasa, konsumsi masyarakat tengah tinggi-tingginya. Ini menjadi kesempatan bagi para pencari penghasilan tambahan.
"Kalau lagi bulan puasa kan konsumsi masyarakat lagi naik ya, itu bisa dimanfaatkan dengan jualan takjil untuk berbuka," kata tejasari.
(agi)